Showing posts with label Alfuzanni. Show all posts
Showing posts with label Alfuzanni. Show all posts
      Alfuzanni, lahir tanggal 22 April 1992 di Batupanjang, salah satu kelurahan di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis. Pemuda yang akrab disapa zani ini adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ia dilahirkan dari keluarga yang cukup sederhana yang tinggal di salah satu pulau terluar Indonesia dan merupakan wilayah perbatasan dengan Malaysia. Ayahnya bernama Muslimin dan Ibunya bernama Jamilah.

      Pendidikan yang di tempuh yaitu MDA selama 4 tahun dan masuk SDN 024 Batupanjang tahun 1999 sampai lulus tahun 2005. Setelah lulus dari SD melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Rupat (2005-2008). Ketika di SMP berbagai prestasi mulai terukir dalam sejarah hidupnya, mulai dari juara kelas, juara umum, menjadi ketua OSIS, menjadi ketua PIMRU Pramuka, juara 3 lomba Puisi tingkat Kab. Bengkalis, juara 2 lomba pidato bahasa Inggris tingkat kecamatan, mengikuti lomba pidato bahasa inggris tingkat kabupaten Bengkalis, dan prestasi tertinggi ketika itu yakni menjadi utusan Kwarcab Kab. Bengkalis dalam ajang Jambore Nasional tahun 2006 di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Setelah lulus dari SMP, ia melanjutkan ke SMAN 1 Rupat (2008-2011). Di SMA, berbagai prestasi juga terus ia raih, seperti juara kelas, juara umum, ketua OSIS, ketua Pandega, mengikuti Raimuna Daerah tingkat Provinsi Riau di Bengkalis, dan masih banyak lagi.

      Tahun 2011 ia lulus dari SMA, dan semangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tertanam kuat. Setelah mengikuti berbagai jalur ujian untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri, akhirnya diterima di salah satu universitas ternama di Riau, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial pada jurusan Akuntansi D3.

    Tahun 2012 merupakan tahun pertama kali ia mulai mengikuti lomba di ajang MTQ pada cabang Menulis Makalah Al-Qur’an (MMQ), yang sebenarnya MMQ ini sudah berganti nama beberapa kali mulai dari MKIQ, M2IQ, dan akhirnya sekarang menjadi MMQ. Pada awal keikutsertaan di lomba cabang MMQ Alhamdulillah meraih juara 1 tingkat Kab. Bengkalis dan mewakili kab. Bengkalis ke tingkat Provinsi Riau dan meraih harapan 1. Setelah itu, dengan penuh tekad dan semangat di tahun 2013 mengikuti lomba lagi, namun kandas di juara 2 tingkat kab. Bengkalis dan tidak mendapatkan tiket ke Provinsi.

      Selanjutnya, di tahun 2014 ia mencoba keberuntungan di kab. Pelalawan dalam ajang yang sama, dan Alhamdulillah mendapat juara 1 dan menjadi duta Kab. Pelalawan ke Provinsi, namun lagi-lagi kandas di semifinal dan hanya meraih harapan 3. Selain itu, di tahun yang sama ia telah mampu menyelesaikan studi di bangku perkuliahan tepat 3 tahun, dan wisuda pada Juni 2014 dengan mendapat gelar A.Md. Setelah itu, ia langsung melanjutkan studi di almamaternya dengan mengikuti program transfer D3 ke S1 di Universitas dan jurusan yang sama, yang hingga saat ini sedang berjalan.  Di tahun 2015, ia tidak putus asa dan mengikuti lagi MTQ di Kab. Bengkalis yang baru-baru ini digelar, akan tetapi rezeki belum berpihak kepadanya, ia hanya meraih juara 2.

       Nah, ketika awal mengikuti lomba MMQ tersebut, ia sebenarnya tidak tahu sama sekali tentang bagaimana cara menulis makalah Al-Qur’an yang baik. Pada awalnya, hanya mencoba dan meminta petunjuk dan arahan dari salah satu dosen dan langsung juara, dari situlah lahir motivasi yang kuat untuk terus belajar menulis. Ketika tahun 2012 bertemu dengan Bang Susanto, ia mencoba berguru dan belajar dengan beliau di Pondok M2IQ Riau. Di sana banyak sekali ilmu yang diperoleh dan berbagai pengalaman didapatkan, “Awalnya saya tidak tahu sama sekali tentang tulis menulis, terutama menulis makalah Al-Qur’an. Namun, setelah mendapatkan bimbingan, petunjuk serta arahan dari berbagai pihak terutama bang Susanto sebagai pimpinan Pondok M2IQ Riau, saya merasakan, ternyata menulis makalah Al-Qur’an itu asik, menarik dan menakjubkan, karena menambah wawasan dan khazanah kelimuan tentang Al-Qur’an”, demikian ungkapnya (Humas).

Oleh : Alfuzanni*
*Penulis adalah Peserta M2IQ, binaan Pondok M2IQ Riau.


Nampaknya karakter pemimpin bangsa ini semakin hari semakin lemah. Buktinya, kasus korupsi semakin banyak dilakukan oleh para pemimpin. Selain itu, masih ada beberapa   kasus amoral yang dilakukan oleh para pemimpin bangsa ini, yaitu seperti kasus bupati Garut, Provinsi Jawa Barat,  Aceng Fikri yang menikahi gadis hanya 4 hari, lalu menceraikannya. Kemudian membuat penghinaan terhadap mantan istrinya tersebut (kompas.com).

Jika kejadian seperti yang diceritakan di atas terus dilakukan pemimpin bangsa ini, maka bagaimana nasib bangsa ini? Dan bagaimana nasib rakyat? Apakah hal ini tidak pernah terfikirkan oleh para pemimpin yang telah melakukan tindakan yang jelas-jelas merugikan rakyatnya. Seharusnya mereka sebagai pemimpin bagi masyarakat bisa memberikan contoh teladan yang baik, karena mereka adalah orang yang dianggap mampu mengemban amanah rakyat dan dipercaya. Tetapi, kenyataan yang terjadi malah kepercayaan rakyat di salahgunakan oleh sebagian mereka dengan melakukan korupsi dan prilaku amoral lainnya.

Manusia memang diciptakan Allah sebagai pemimpin(QS.Al-Baqarah(2): 30). Akan tetapi, pemimpin seperti apa yang dikehendaki oleh Allah SWT dan umat manusia. Pemimpin yang dikehendaki oleh Allah SWT dan umat manusia adalah pemimpin berkarakter Qur’ani yang senantiasa memegang teguh kepada Al-Qur’an dan Hadist.

Seorang pemimpin harus memiliki karakter atau dalam Islam disebut dengan akhlak. Karakter dan akhlak sebenarnya dua kata yang berbeda namun memiliki arti dan makna yang sama. Saat ini akhlak di Indonesia lebih populer dengan bahasa karakter. Sehingga saat ini pendidikan karakter menjadi “trending topic” dalam dunia pendidikan setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyinggung hal tersebut (eramuslim.com).

Konsep karakter (akhlak) dalam Islam merupakan konsep hidup yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan alam sekitarnya dan manusia dengan manusia itu sendiri. Pada prinsipnya karakter yang diinginkan oleh Islam adalah karakter yang senantiasa konsisten dan tetap dalam pendirian atau teguh dalam pendirian.

Itulah karakter yang sebenarnya, bukan karakter yang mudah berubah-ubah. Berubah-ubahnya watak dan kepribadian seseorang menunjukan lemahnya karakter. Perubahan-perubahan perilaku manusia ini disebabkan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai relatif yang terus berkembang. Jika ingin menanamkan karakter yang tak lekang dengan waktu, maka harus menggunakan referensi yang juga tak lekang dan universal, dan ini ada pada konsep akhlak dalam Islam yang referensinya adalah Al-Qur’an dan hadist, yang pada akhirnya akan tercipta para pemimpin berkarakter Qur’ani dari generasi-generasi muda.

Dalam perspektif Islam adapun ciri-ciri pemimpin yang berkarakter harus memiliki 4 sifat, sebagaimana sifat yang dimiliki oleh Rasulullah SAW yakni Shidiq(benar, jujur), amanah(terpercaya), tabligh(komunikator) dan fathanah(cerdas). (Zubaedi, 2011 :171).

Selanjutnya, pengembangan karakter merupakan proses seumur hidup. Pengembangan karakter  anak merupakan upaya yang melibatkan semua pihak yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Ke empat pihak ini harus berjalan secara terintegrasi. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh dilingkungan yang berkarakter juga. Dengan begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembag secara optimal dan memiliki karakter yang kuat tak lekang di makan waktu.

Di tengah kondisi Negara yang saat ini sangat krisis terhadap pemimpin yang berkarakter , maka diperlukan berbagai upaya yang harus dilakukan oleh umat Islam terkait mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin masa depan. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk pemimpin berkarakter melalui peran berbagai pihak, diantaranya :

Pertama keluarga, paling tidak ada 3 peran penting keluarga dalam pembentukan karakter anak sebagai calon pemimpin masa depan. Pertama, keluarga berkewajiban menciptakan suasana yang hangat dan tentram. tanpa ketentraman, akan sukar bagi anak untuk belajar apa pun dan anak akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan jiwanya. ketegangan dan ketakutan adalah wadah yang buruk bagi pembentukan karkter anak. Kedua, keluarga harus bisa menjadi panutan yang positif bagi anak. Sebab, anak  banyak belajar dari apa yang dilihatnya daripada yang didengarnya. karakter orang tua yang diperlihatkan melalui tindakan sehari-hari merupakan bahan pelajara utama yang akan diserap oleh anak. Ketiga, keluarga harus mampu mendidik anak dengan baik, artinya mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplinkan anak agar berprilaku sesuai dengan apa yang telah diajarkan.

Salah satu ciri anak yang berkarakter  adalah selalu menunjukkan sikap sopan dan hormatnya pada orang tua. Karakter  yang melekat pada setiap orang bukan datang dengan sendirinya, melainkan harus diciptakan. Terutama dalam keluarga, bukan merupakan keturunan. Dengan kata lain, karakter tidak merupakan keturunan melainkan merupakan produk pendidikan dalam keluarga perpaduan antara akal, kehendak dan rasa.

Kedua masyarakat, masyarakat merupakan lingkungan social kedua setelah keluarga dan memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak. Namun, tidak semua masyarakat tahu akan peran tersebut. Walaupun tahu, terkadang seolah-olah masyarakat tutup mata dan telinga terhadap apa yang terjadi pada anak dilingkunganya. Prilaku masyarakat yang seperti ini tentu dipengaruhi oleh beberapa factor. Factor tersebut bisa datang dari dalam masing-masing maupun dari pengaruh lingkungan. Peran masyarakat yang begitu besar menjadi sedikit terbengkalai dan dikesampingkan.

Pemuda sebagai generasi calon pemimpin bangsa harus memiliki karakter  yang kuat. Nah, dalam menumbuhkan karakter dapat melalui tokoh-tokoh masyarakat, para ulama dan LSM dengan cara membentuk remaja masjid, mengajak bergotong-royong, mengadakan pertandingan antar pemuda dan banyak lagi kegiatan yang dapat di lakukan. itu semua dilakukan dalam rangka memperat hubungan antara masyarakat dan pemuda. jika hubungan baik telah terjalin, maka sikap dan prilaku positif mudah terbentuk dan mudah juga untuk ditanamkan kepada diri pemuda. dengan demikian peran masyarakat dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Ketiga dunia pendidikan. Peran yang dapat dilakukan oleh dunia pendidikan dalam pembentukan karakter dijalankan oleh para pendidik. Pendidik merupakan figur yang diharapkan mampu mendidik anak yang berkarakter. Adapun peran guru di sekolah sebagai pendidik dituntun menjalankan enam peran yaitu pertama, harus terlibat dalam proses pembelajaran dengan melakukan melakukan interaksi dengan siswa dalam mendiskusikan materi pembelajaran. kedua, harus menjadi contoh teladan (role mode) kepada siswa dalam berprilaku dan berbicara.ketiga, harus mampu mendorong siswa aktif dalam pembelajaran melalui penggunaan metode pembelajaran yang variatif. keempat, harus mampu mendorong dan membuat perubahan sehingga kepribadian, kemampuan dan keinginan guru dapat menciptakan hubungan yang saling menghormati dan bersahabat dengan siswanya. kelima, harus mampu membantu dan mengembangkan emosi serta kepekaan sosial siswa agar menjadi lebih takwa, menghargai ciptaan lain, mengembangkan keindahan dan belajar (soft skill) yang berguna bagi masa depan. keenam, harus menunjukkan rasa kecintaan kepada siswa, sehingga guru dalam membimbing siswa yang sulit tidak mudah putus asa.

Pemimpin berkarakter  tidak lahir begitu saja, ia lahir dari proses pembinaan dan pendidikan sebelum seseorang menjadi pemimpin. Keberhasilan pendidikan karakter akan menghasilkan stok pemimpin nasional yang berkarakter, dengan demikian akan menghasilkan wajah bangsa dan Negara yang berkarakter pula. untuk itu, Indonesia Oleh karena itu , semua pihak baik lembaga formal, informal dan nonformal harus berbagi tanggungjawab dalam mempersiapkan pemimpin berkarakter. sudah saatnya dipimpin oleh pemerintah yang baik dan mampu mengembangkan good governance dengan nnilai-nilai transparency, independenci, accountability, responsibility, fairness dan social awareness.


*oleh : Alfuzanni, Juara 1 MMQ pada MTQ tingkat Kab. Pelalawan 2014

A. Pendahuluan

      Ramalan saat ini sudah menjadi tren baru. Ramalan bukan hanya datang dari tukang ramal dengan cara bertanya langsung, namun saat ini bisa masuk ke rumah-rumah umat Islam dengan begitu mudah, baik lewat media cetak, TV, atau pun internet. Ramalan yang terupdate  sering diperlihatkan di berbagai media seperti di televisi, radio, majalah, tabloid, koran maupun buku khusus untuk menyuguhkan informasi  mengenai peruntungan, karir, asmara (jodoh), kesehatan ataupun keuangan (rezeki), contohnya seperti iklan ketik REG RAMAL kirim ke 6677 yang ditayangkan oleh para peramal seperti Deddy Corbuzer atau Mama Laurent, maka berbondong-bondong para generasi muda mengirimkan SMS karena ingin mengetahui hasil dari ramalan tersebut, dan mereka terkesan sangat mempercayai hasilnya.
     
      Ramalan-ramalan yang sering terbukti tentu membuat peramalnya terkenal, seperti Mama Laurent, Deddy corbuzer dan lainnya yang dekat dengan Astrologi. Namanya dan ramalan-ramalannya semakin hari semakin tenar seiring dengan semakin nyatanya ramalan-ramalan yang disebutkannya. Padahal itu semua hanya kebohongan belaka.
     
      Fenoma ramalan sepeti ini hadir di  tengah masyarakat muslim sebagai suatu hal baru dan menarik perhatian. Hal baru yang ternyata sudah ada sejak zaman jahiliyah, namun umat Islam banyak yang tidak menyadari bahkan tidak mengetahui itu dikarenakan tidak adanya kepedulian terhadap agama yang diimaninya. Islam secara tegas menyatakan bahwa ramalan itu termasuk syirik dan dosa besar bagi yang mempercayai. Akan tetapi, saat ini umat islam tidak sadar.
     
      Sebagian besar rakyat indonesia mungkin telah tidak asing lagi mendengar kata-kata Sihir, Dukun, ataupun ramalan. Namun banyak diantara mereka tidak tahu dan tidak mau tahu mengenai bagaimana Islam memandang hal tersebut.
     
       Saat ini banyak hal-hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi mampu mendangkalkan bahkan merusak akidah.  Salah satu contohnya adalah ramalan. Ini merupakan sebuah tantangan tersendiri baik bagi umat Islam dalam sebuah tradisi, masyarakat, alam dan teknologi serta peradaban modern, maupun terhadap diri sendiri (gejolak hawa nafsu).
     
      Dalam mempertahankan akidah yang benar di zaman modern yang serba canggih, umat Islam khususnya generasi muda harus berhadapan dengan kekuatan materialisme, zionisme dan sekularisme yang berusaha mengrogoti akidah umat Islam, ibarat rayap yang hinggap pada sebuah pohon kemudian secara  perlahan-lahan merusak dan membunuh pohon itu.
     
       Dengan adanya fenomena inilah maka penulis tertarik untuk mengupas pembahasan tentang Ramalan dan Pendangkalan Akidah. Semoga pembahasan dalam tulisan ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan pencerahan bagi umat Islam dan generasi muda dalam membangun akidah yang benar sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasul Allah dalam Al-Qur’an  dan Sunah  untuk menghadapi persoalan akidah kedepannya.

B. Hakikat Makna Akidah

      Akidah yang menjadi pembahasan pokok pada tulisan ini memiliki hakikat makna yang perlu diperjelas sebagai dasar dalam pembahasan. Akidah secara bahasa berasal dari kata al-'aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan akidah secara terminologi bermakna : sesuatu yang diyakini sesorang, diimaninya dan dibenarkan dengan hatinya baik hak ataupun batil. Kemudian makna akidah ditinjau dari pengertian syariat Islam adalah beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, para malaikat-Nya, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya beriman kepada hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun buruk. Selanjutnya, dari kata akidah ini dipinjamkan pula beberapa arti yang lain, seperti sumpah setia dan perjanjian. Dalam penggunaan sehari-hari atau secara istilah, khususnya dalam konteks agama, kata akidah lazim diartikan dengan“kepercayaan/keimanan/keyakinan”(1).
     
        Pengertian akidah tersebut di perkuat oleh Desy Anwar dalam kamus Bahasa Indonesia yang berarti kepercayaan atau keyakinan(2). Selanjutnya didukung dalam kitab Mu’jam Al-Fasafi oleh Jamil shaliba yang mengartikan akidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh(3). Dalam hubungan ini Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa akidah menurut pengertian yang sebenarnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta member pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari(4).

         Dari berbagai pendapat tentang pengertian akidah tersebut di atas bermakna bahwa betapa pentingnya akidah itu ada dalam diri setiap umat Islam karena merupakan hal pokok yang harus dimiliki seseorang jika ingin memeluk agama Islam. Karena jika akidah tidak sesuai antara praktek dan arti sebenarnya maka akan berakibat sangat fatal yang menyebabkan dangkalnya akidah. Sehingga, akidah harus mutlak kebenarannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Ikhlas ayat 1-4 :
      Artinya: “Katakanlah: “Dialah Allah yang Maha Esa”.(1) Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala urusan(2).Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan(3). dan tidak ada seorang pun setara dengan-Nya.(4)
(Q.S. Al-Ikhlas : 1-4)
         Dr. ‘Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa sesungguhnnya Allah Yang Tunggal dan satu-satunya, yang tiada tandingan, tanpa pembantu, juga tanpa sekutu dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Ini menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa yang tidak membutuhkan siapapun, Dialah pemilik segalanya sebagai yang Maha Sempurna. Hal selaras dengan sifat-Nya yang harus diyakini dan di imani dengan akidah yang benar(5).

         Selanjutnya M.Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menyatakan bahwa kata Ahad yang di sebutkan dalam surah Al-Ikhlas mengandung arti keEsaan zat Allah yang tidak ada unsur-unsur dan bagian-bagian yang  menyatakan akan  zat Allah Yang Maha Esa yang wajib di imani dan diyakini dengan sepenuh hati tanpa keraguan sedikitpun dan tanpa mensekutukan-Nya(6).

        Kemudian dalam Ensiklopedia Al-Qur’an menyebutkan bahwa kata Ahad biasa diterjemahkan dengan “Esa”. Kata ini ditemukan dalam Al-Qur’an sebanyak 53 kali, akan tetapi hanya sekali yang digunakan sebagai sifat Allah. Ini mengandung isyarat tentang keesaan-Nya yang sedemikian murni, hingga sifat Ahad yang menunjuk kepada-Nya hanya sekali dalam Al-Qur’an, dan hanya ditujukan kepadaNya semata, yaitu pada Q.S Al-Ikhlas (112) ayat 1-4(7). Kata ahad tidak sama dengan kata wahid yang artinya satu, sehingga makna kata Esa tidak sama dengan makna kata satu. Satu adalah bilangan pertama dari bilangan asli matematika dan merupakan bilangan bulat yang dapat dibagi menjadi beberapa bilangan pecahan sampai tak terhingga. Adapun kata Esa sebagai terjemahan dari kata ahad bukanlah bilangan, sehingga tidak dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil(8).

      Berdasarkan ayat dan tafsir serta penjelasan di atas penulis menyatakan bahwa Akidah yang benar adalahnya akidah yang merujuk kepada kata Ahad  yang berarti mengesakan Allah SWT tanpa adanya campur aduk dengan yang lain yang dalam artian menyekutukan (menduakan) Allah dengan penuh keyakinan dalam hati tanpa adanya keraguan. Jika seorang umat Islam yang telah menyatakan dirinya menganut ajaran Islam haruslah menyatakan akan keesaan-Nya dengan mengucapkan kalimah syahadat yaitu Tiada Tuhan Selain Allah, dan Muhammad itu Utusan Allah. Kalimat ini bukan hanya sekedar  untuk memenuhi syarat belaka yang hanya sekedar di ucapkan habis perkara, namun kalimat ini mengandung makna yang sangat dalam yang inti dari kalimat syahadat tersebut yaitu akidah Islam yang sebenarnya yang akan terus dipakai oleh umat Islam dalam menjalankan segala aktivitas amal ibadahnnya.

C. Pengertian Ramalan

      Ramalan merupakan suatu ilmu yang dipercaya bisa melihat masa depan orang lain tentang segala aspek kehidupan melalui media alam gaib. Ramalan adalah prediksi mengenai peristiwa-peristiwa yang akan datang. Bentuk ramalan saat ini misalnya, zodiac,shio dan kartu. Kata ramal sendiri diambil dari bahasa Arab yaitu raml yang artinya adalah suatu ilmu untuk menafsir, menilik, melihat atau memprediksi nasib seseorang, atau apa yang akan terjadi di masa depan. Orang yang bekerja meramal disebut sebagai peramal.
     
      Kemudian ramalan bila dilihat dari aspek kebahasaan sendiri dibagi tiga bagian; pertama, ramalan yang berasal dari wahyu Allah SWT kepada para Nabi dan Rasulnya. Ramalan ini terdapat di dalam Kitab suci Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an. Serta ada juga yang disampaikan melalui para Nabi. Seperti yang disampaikan Nabi Muhammad SAW di dalam haditsnya; kedua, Ramalan Ilmiah, ramalan ini dilakukan oleh para ilmuwan setelah melalui penelitian-penelitian secara ilmiah. Seperti ramalan cuaca, ramalan tanggal kelahiran seorang anak dari ibu hamil; ketiga, Ramalan Mistik. Ramalan ini berdasarkan informasi dari makhluk ghaib atau melalui media lain yang biasa digunakan oleh seorang peramal. Ramalan ini dilakukan oleh paranormal, dukun dan sebutan lainnya.
     
      Pada karya tulis kali ini penulis akan membahas ramalan mistik. Di dalam istilah keislaman sendiri ramalan mistik dikenal dengan tathayyur. Kata ini berasal dari thair yang artinya burung. Sejarah dari tathayyur berawal dari kebiasaan orang Arab pada jaman dahulu, jika seseorang hendak melakukan perjalanan, maka ketika melihat burung terbang menuju arah kanan berarti dia akan mendapat keuntungan. Tapi jika burung tersebut terbang ke arah kiri maka akan terjadi kesialan.
     
      Ada berbagai jenis tathayyur yang sekarang berkembang, seperti astrologi misalnya, ramalan mengenai kehidupan suatu individu yang berdasarkan rasi bintang ini bisa kita temukan diberbagai media disetiap minggunya. Astrology pertama ditemukan di Babylonia, yang mengamati sekaligus meramalkan kejadian dilangit adalah pekerjaan mereka dahulu, selebih itu mereka juga beranggapan bahwa setiap gerak benda-benda dilangit adalah pesan penguasa alam yang harus mereka tafsirkan, kemudian astrology berkembang ke Asia, Eropa dan Timur Tengah, seperti China, India dan Yunani.
     
      Seiring dengan perkembangan zaman, Astrology kemudian berbaur dengan bentuk Astrology yang sudah ada terlebih dahulu, sehingga sekarang kita mengenal tiga aliran besar Astrology yaitu Astrology yang dikembangkan oleh orang-orang Barat, Astrology yang dikembangkan oleh orang-orang China, dan juga Astrology menurut ajaran Hindu (India). sehingga bermunculan 12 lambang zodiac yang dikenal saat ini, yaitu Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagittarius, Capricorn, Aquarius, Pisces.
     
      Kadang Astrologi dan Astronomy dihanggap 2 hal yang sama, padahal keduanya berbeda, Astronomi adalah ilmu yang berurusan dengan Posisi, Energi, Ukuran, Komposisi serta gerakan benda-benda langit. Dalam hal ini adalah pergerakan benda-benda luar angkasa seperti planet, satelit, komet dan lain sebagainya. Khususnya dalam islam untuk kepentingan beribadah, seperti shalat dan puasa. Sedangkan ilmu Astrologi adalah ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya (planet, bulan, dan matahari) dengan nasib manusia. Karena semua planet, matahari, dan bulan beredar di sepanjang lingkaran ekliptik, otomatis mereka semua juga beredar di antara zodiak. Ramalan astrologi didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di dalam zodiak.
     
      Seseorang akan menyandang tanda zodiaknya berdasarkan kedudukan matahari di dalam zodiak pada tanggal kelahirannya. Misalnya, orang yang lahir awal Desember akan berzodiak Sagitarius, karena pada tanggal tersebut Matahari berada di wilayah rasi bintang Sagitarius. Kedudukan Matahari sendiri dibedakan antara waktu tropikal dan waktu sideral yang menyebabkan terdapat 2 macam zodiak, yaitu zodiak tropikal dan zodiak sideral. Sebagian besar astrolog Barat dan astrolog Indonesia menggunakan zodiak tropikal, dan sejak kini seluruh Dunia Menggunakan zodiak tropical.

D. Jenis-Jenis Ramalan

   Adapun ramalan memiliki berbagai jenis yang arti dan makna serta tujuannya berbeda-beda, yaitu :
1. Palmistry
      Palmistry adalah jenis ramalan ini menggunakan bentuk garis tangan sebagai dasar peramalan. Ilmu ini percaya bahwa beberapa garis yang ada dalam telapak tangan merupakan kondisi dari beberapa pusat otak. Itu merupakan cerminan dari pikiran bawah sadar yang membentuk garis-garis tersebut. Karena garis tersebut mewakili pikiran kita, mereka terus menerus berubah, dalam menjaga harmonitas antara pikiran dan juga sikap kita yang dinamis dan terus berubah. Artinya sikap positif yang kita miliki akan berdampak pada garis lurus yang memiliki arti baik, sedangkan pikiran negatif membuat efek sebaliknya. Maka itu banyak sekali wejangan yang beredar dalam masyarakat kita untuk terus menjaga pikiran positif, dalam arti kata sebenarnya dapat mempengaruhi jalan nasib seseorang.
     
2. Numerology
      Numerology adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara nomor dengan beberapa kejadian. Metode ramalan yang menafsirkan arti-arti angka, tanggal dan jumlah huruf.
     
      Numerology memiliki kaitan erat dengan ramalan yang akan terjadi di masa mendatang. Tidak hanya ramalan baik saja, ada juga yang menghubungkan angka tertentu dengan suatu kejadian atau hal negatif, contohnya angka 666 adalah simbol setan.
     
3. Kartu Tarot 
      Tarot adalah sekelompok kartu berjumlah 78 lembar yang umumnya digunakan untuk kepentingan spiritual atau ramalan nasib. 22 kartu disebut Arcana Mayor dan 56 kartu disebut Arcana Minor. Set Tarot yang paling populer adalah Tarot Rider-Waite-Smith yang diciptakan oleh A.E Waite dan ilustrator Pamela Colman Smith. Dokumen sejarah mengindikasikan bahwa Tarot berasal dari Italia. Sampai saat ini, permainan kartu Tarocchi masih sangat populer di Eropa.    

E. Ramalan Menurut Pandangan Islam 

      Ramalan dalam pandangan Islam merupakan salah satu dari ciri-ciri sifat syirik (menyekutukan Allah). Karena dalam ramalan itu pada hakikatnya mempercayai sesuatu yang gaib dari selain Allah dan dalam akidah Islam adalah hal yang terlarang dan merupakan dosa besar yang digolongkan ke dalam kategori ilmu sihir dan bentuk kesyirikan. Karena di dalamnya mengajarkan ramalan tentang kejadian yang belum dan akan terjadi, juga pengakuan mengetahui ilmu gaib yang menjadi kekhususan Allah, seperti rejeki, jodoh, umur, dan lain-lain.
     
      Ramalan atau lebih dikenal sebagai ilmu Astrologi termasuk amalan jahiliyyah yang telah dibatalkan dan diharamkan oleh Islam, dengan penjelasan bahwa itu merusak akidah dan  termasuk perbuatan syirik, karena mengandung ketergantungan kepada selain Allah dan keyakinan adanya manfaat dan mudharrat dari selain Allah. Dalam Islam seorang peramal selain syirik juga dinyatakan kafir karena ia telah mengklaim bahwa dirinya mengetahui sesuatu yang gaib yang sebenarnya hanya diketahui Allah SWT. Bahkan Allah SWT telah menegaskan itu semua dalam firman-Nya surat An-Naml ayat 65 :

      Katakanlah: "tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (Q.S An-Naml : 65)

      M.Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah Menyatakan bahwa  ayat di atas membatalkan kepercayaan menyangkut pengetahuan tentang hal gaib yang diakui oleh para penyembah berhala pada masa jahiliyah.  Ayat tersebut juga memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengatakan kepada kaum musyrikin bahkan kepada siapapun bahwa “tidak ada satu makhluk pun di langit dan dibumi yang mengetahui perkara gaib yang mutlak seperti datangnya hari kiamat, kecuali Allah SWT semata-mata” dan mereka kendati bekerja sama, tidak akan berhasil, bahkan tidak merasakan apalagi mengetahui kapan mereka dibangkitkan dari kubur.(9)
     
      Kemudian Dr. ‘Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan Allah SWT Menyuruh Rasulullah SAW agar mengajarkan kepada seluruh makhluk bahwa tidak ada seorangpun dari kalangan penduduk langit dan bumi yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah SWT. Firman Allah “Kecuali Allah” merupakan Istitsna munqathi, yakni tidak ada seorang pun mengetahui itu kecuali Allah Azza Wa Jalla, karena Dialah sendiri Yang Esa tanpa sekutu bagi-Nya yang mengetahui hal gaib. (10)
     
      Dari tafsir dan uraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa sesungguhnya dialam jagat raya ini baik dlangit maupun dibumi tidak ada satu makhluk pun yang bisa dan mengetahui hal gaib kecuali Allah SWT. Oleh karena itulah, maka barang siapa yang mengaku bisa mengetahui dan bisa meramal masa depan seseorang maka itu hanya kebohongan besar. Bagi umat Islam yang secara terang-terangan maupun tidak, tetapi mempercayai ramalan seseorang maka ia termasuk kepada musyrik dan kafir, karena menyekutukan Allah.
     
      Rasulullah SAW juga mengatakan dalam sebuah hadistnya bahwa orang yang mendatangi dan mempercayai peramal tergolong kepada kafir. Hadist tersebut berbunyi :
     
       Artinya: Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW berkata “Siapa yang mendatangi seorang dukun / peramal, lalu mempercayai apa yang ia katakan, maka dia telah kafir kepada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad saw” .
( HR. Abu Daud). (11)    

F. Solusi bagi Umat Islam

       Percaya terhadap ramalan seperti yang dicontohkan di atas telah menjadi sesuatu yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Jika ini tidak segera di sadari oleh generasi muda, orang tua, masyarakat maupun pemimpin maka tidak tahu apa jadinya generasi muda Islam kedepannya. Oleh karena sangat diperlukan bagi generasi muda perhatian serta bimbingan dari orang tua, kepedulian dari masyarakat, serta tanggungjawab dari pemerintah. Jika dari segala aspek telah bisa bekerjasama dan peduli kepada generasi muda maka akan terciptalah generasi yang tangguh akan segala hal dan prilaku yang akan mendangkalkan akidahnya. Bahkan bisa menjadi penghalang terhadap pendangkalan akidah kedepannya bagi generasi selanjutnnya. Adapun hal yang dapat dilakukan umat islam untuk menghindari kesyirikan dari percaya terhadap ramalan, yaitu ;

Beriman kepada Takdir Allah
      Islam mengajarkan untuk berserah diri pada ketentuan nasib (takdir) sebagai bagian dari iman kepada Qadha dan Qadar Allah. Sikap ini sangat penting untuk membebaskan diri dari segala bentuk peramalan. Sangatlah manusiawi jika manusia mempunyai harapan, impian atau cita-cita di masa depan, namun hal tersebut janganlah keingintahuan yang tinggi kan masa depan menjadikan dia buta sehingga melangar apa yang telah Allah atur. Islam telah mengatur segalanya, Allah mengharamkan segala bentuk dengan pemanfaatan, penggunaan dan/atau mempercayai segala praktek perdukunan (kahanah) dan peramalan (‘iraafah).
     
      Jika seorang mukmin mempunyai harapan, impian atau cita-cita, maka bulatkanlah tekad (azam) lalu bertawakallah kepada Allah, seraya dibarengi dengan ikhtiar (usaha) semaksimal mungkin. Perkara hasil, serahkanlah semuanya kepada Allah karena hasil pada dasarnya merupakan pemberian dari Allah. Allah mempunyai hak penuh untuk mengabulkan sesuai permohonan hamba-Nya atau tidak. Yakinlah apa yang telah Allah rencanakan itu adalah baik, jangan gunakan kacamata manusia. Allah SWT berfirman:
 “… apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran [3] : 159).

      Berdoalah kepada Allah hal-hal yang baik untuk masa yang akan datang, karena doa adalah senjata orang yang beriman. Jika hasil sudah sesuai harapan (diberi nikmat) maka bersyukurlah, namun jika belum sesuai harapan (ditimpa musibah) maka bersabarlah karena segala urusan seorang beriman adalah baik, sebagaimana Nabi bersabda: “Aku takjub dengan perihal orang yang beriman. Semuanya ada kebaikan. Tidak ada sesuatu kebaikan pun kecuali ianya untuk orang beriman. Apabila diberikan sesuatu nikmat, dia bersyukur. Maka itu baik baginya. Apabila diuji dengan suatu ujian, dia akan bersabar. Maka itu juga baik baginya” (Hadis Riwayat Imam Muslim).
     

G. Penutup

1. Kesimpulan
   Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan mendasar tentang ramalan dan pendangkalan akidah yang terjadi saat ini, yaitu :
a. Ramalan merupakan perbuatan syirik yang dilarang oleh Allah SWT, dan bagi pelaku baik yang meramal dan yang mempercayai hasil ramalannya maka berdosa besar.
b. Islam mengajarkan umatnya untuk tidak percaya dan menghindari ramalan. Salah satu langkahnya umat Islam diajarkan untuk percaya dan yakin terhadap adanya takdir yang sudah Allah SWT tetapkan. Selanjutnya bagi umat Islam yang memiliki keinginan dan cita-cita dalam sesuatu hal harus berikhtiar atau berusaha dan dibarengi dengan doa. Setelah usaha dan doa dilakukan maka umat Islam harus bertawakal menerima segala sesuatu yang didapatkan. Jika hasil sudah sesuai harapan (diberi nikmat) maka bersyukurlah, namun jika belum sesuai harapan (ditimpa musibah) maka bersabarlah karena segala urusan seorang beriman adalah baik, sebagaimana Nabi bersabda: “Aku takjub dengan perihal orang yang beriman. Dengan demikian umat Islam tidak perlu untuk percaya terhadap ramalan yang hanya kebohongan belaka serta sangat dilarang oleh Allah SWT.
2. Saran
a. Kepada umat Islam dilarang untuk percaya terhadap ramalan dan melakukan ramalan terhadap orang lain
b. Umat Islam harus percaya dan meyakini bahwa sesungguhnya manusia memiliki takdir hidup masing-masing yang sudah ditentukan Allah SWT


Endnote
1. Dr. Suryan A. Jamrah. MA, Studi Ilmu Kalam, Pekanbaru: UIN SUSKA Riau dan LSFK2P, 2007. Hal 35
2. Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: AMELIA, Tanpa Tahun.hal 23
3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata. MA, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.hal 84
4. Ibid.hal 85
5. Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir ibnu Katsir, jilid 8, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.hal 111-112
6. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an jilid9, Jakarta: Lentera Hati, 2009. hal 457-460
7. M.Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jakarta: Tanpa Penerbit dan Tanpa Tahun. 2011.hal 60-67
8. Kusnadi, Akidah Islam dalam Konteks Ilmiah Populer, Jakarta: Amzah, 2007.hal 2
9. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an jilid10, Jakarta: Lentera Hati, 2002. hal 259-261
10. Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir ibnu Katsir, jilid 3, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2000.hal 648-649
11. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Kesesatan Ramalan Bintang, Jakarta: Akbar, 2004. Hal 32.
     
     

Daftar Pustaka

Al-Qur’an dan Terjemahan
A. Jamrah Suryan, Studi Ilmu Kalam, Pekanbaru: UIN SUSKA Riau dan LSFK2P, 2007.

Anwar Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: AMELIA, Tanpa
Tahun.

Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Alu Syaikh Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq, Tafsir ibnu
Katsir, jilid 8, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.

Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an jilid9, Jakarta: Lentera Hati, 2009.

Shihab M.Quraish, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jakarta: Tanpa Penerbit. 2011.

Kusnadi, Akidah Islam dalam Konteks Ilmiah Populer, Jakarta: Amzah, 2007.

Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an jilid10, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Alu Syaikh Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq, Tafsir ibnu Katsir, jilid 3, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2000.

Al-Jauziyah Ibnul Qayyim, Kesesatan Ramalan Bintang, Jakarta: Akbar, 2004.      

Oleh: Alfuzanni*
*Peserta Musabaqah Makalah Qur’an Kab.Pelalawan 2014
sumber gambar : riau.kemenag.go.id

Di Indonesia, sebagai sebuah negara yang memiliki penduduk yang bermacam-macam suku dan adat istiadat tentu memiliki tradisi yang bermacam-macam pula. Tradisi itu lahir dari kebiasaan nenek moyang masing-masing suku. Salah satu tradisi yang masih sangat kental di tanah melayu Riau adalah Balimau Kasai yang diadakan setiap satu tahun sekali, ketika akan menyambut bulan suci ramadhan.

Tradisi mandi balimau kasai ini sudah sangat melekat sekali di tanah melayu Riau ini. Karena tradisi ini dapat dipastikan setiap tahun tidak pernah absen diadakan baik oleh masyarakat maupun dari pemerintah daerah setempat.

Balimau Kasai adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang awalnya berkembang dari kalangan masyarakat zaman dahulu dan biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian. Diwariskan secara turun temurun, tradisi ini dipercaya telah berlangsung selama berabad-abad. Latar belakang dari Balimau Kasai adalah membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadhan, sesuai dengan ajaran agama Islam, yaitu menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Secara lahir, mensucikan diri adalah mandi yang bersih.

Balimau Kasai merupakan sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Pelalawan di Provinsi Riau untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Acara ini biasanya dilaksanakan beberapa menjelang masuknya bulan puasa. Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa, juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri. Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas.

Sedangkan Kasai adalah wangi-wangian yang dipakai saat berkeramas. Bagi masyarakat Pelalawan, pengharum rambut ini (kasai) dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam kepala, sebelum memasuki bulan puasa. Zaman dahulu tidak setiap orang bisa mandi dengan bersih, baik karena tak ada sabun, maupun wilayah yang kekurangan air, atau bahkan karena sibuk bekerja dan sebab yang lain. Saat itu pengganti sabun di beberapa wilayah adalah limau (jeruk nipis), karena sifatnya yang melarutkan minyak atau keringat di badan.

Sebenarnya upacara bersih diri atau mandi menjelang masuk bulan ramadhan tidak hanya dimiliki masyarakat Pelalawan saja. Kalau di Pelalawan upacara ini sering dikenal dengan nama Balimau Kasai Potang Mamogang, maka di Kota Kampar lebih dikenal dengan nama Balimau Kasai saja. Di Sumatera Barat juga dikenal istilah yang hampir mirip, yakni Mandi Balimau. Khusus untuk Kota Pelalawan, tambahan kata Potang Mamogang mempunyai arti menjelang petang karena menunjuk waktu pelaksanaan acara tersebut.

Pada tahun ini, pemerintah kabupaten Pelalawan tetap mengadakan tradisi tersebut dengan mengangkat tema Balimau Negeri Amanah yang terdiri dari dua acara, yang pertama acara Balimau Sultan Pelalawan yang diadakan pada hari senin tanggal 21 Juni 2014 di kecamatan Pelalawan tepatnya dipinggir sungai Pelalawan dekat Istana Sayap. Kedua acara Balimau Kasai Potang Mamogang yang diadakan pada hari Kamis tanggal 26 Juni 2014 di kecamatan Langgam.

Balimau Sultan Pelalawan yang diadakan pada hari senin tersebut dihadiri oleh bupati Pelalawan H.M Harris dan wabup. Selain itu juga dihadiri oleh Sultan Pelalawan T.S. Kamaroedin Haroen, ninik mamak, tokoh masyarakat, tokoh adat beserta pihak-pihak terkait.

Mandi Balimau kasai tersebut bukanlah termasuk sunnah rosulullah, melainkan hanya sebagai tradisi semata yang memiliki nilai filosofis yang tinggi bagi masyarakat pelalawan dan sekitarnya, Selain momen membersihkan diri secara zahir, mandi Balimau Kasai juga merupakan momentum untuk menjalin silaturrahmi dan acara saling maaf memaafkan dalam rangka menyambut tamu agung yaitu Syahru Ramadan Syahrus Siyam, jadi bukanlah sebuah keyakian yang memiliki dalil naqli secara qat’i. tapi ini lebih kepada sebuah adat yang bersendikan syara’ (Syariat Islam) syara’ bersandikan Kitabullah yang secara filosifisnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan zaman hari ini, secara langsung maupun tidak memberikan dampak positif dan negative terhadap kehidupan kita. Dalam kerangka adat istiadat, banyak terjadi distorsi sejarah, salah interpretasi terhadap nilai-nilai adat yang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan, termasuk mandi Balimau Kasai. Bisa di lihat dari tahun ketahun kegiatan mandi Balimau Kasai sebagian telah dinodai dengan tindakan yang yang berseberangan dengan syariat Islam, diantaranya berhura-hura, berboncengan laki-laki dan perempuan yang bukah muhrim, mandi massal yang bercampur antara laki-laki dan perempuan, mabuk-mabukan sampai kepada musik yang menjauhkan masyarakat dari mengingat Allah Swt.

Padahal dulunya, tradisi ini merupakan hal yang tergolong urgen dan sakral. Sebelum memasuki bulan puasa atau sebelum magrib, anak kemenakan dan menantu atau juga yang tua serta murid akan mendatangi orang tua, mertua, mamak (paman), kepala adat, atau guru ngaji mereka datang dalam rangka meminta maaf menjelang masuk bulan suci.

Namun, pada pelaksanaan Balimau Kasai Potang Mamogang yang diadakan di Kabupaten Pelalawan yang bertempat di sungai Pelalawan samping Istana Sayap yang terbakar beberapa waktu lalu tidak tampak adanya budaya negatif seperti mandi bercampur baur antara laki-laki dan perempuan. Pada acara tersebut, penyiraman air Balimau Kasai dilakukan oleh bupati Pelalawan terhadap camat, lurah, kepala desa dan beberapa orang lainnya. Setelah itu acara selesai, yang kemudian dilanjutkan oleh anak muda laki-laki mandi disungai beberapa orang saja.

Dengan demikian, semoga tradisi yang diadakan setiap tahun sekali di kabupaten Pelalawan itu tidak merusak nilai-nilai Islami yang sesungguhnya mensucikan diri dalam menyambut bulan Ramadhan. Bulan yang penuh dengan keberkahan dan bulan penuh ampunan. Sehingga, sebagai umat Islam mendapatkan keberkahan dan ampunan dari Allah SWT.

Pendangkalan Akidah Generasi Muda; Siapa Yang Salah?
Oleh : Alfuzanni*
*Penulis adalah Peserta M2IQ, binaan Pondok M2IQ Riau.

A. Pendahuluan
      Akidah merupakan pondasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap umat Islam untuk melaksanakan segala aktivitas ibadah. Bila akidah seorang umat Islam baik maka baik pula amal ibadahnya begitu juga sebaliknya, jika akidah seorang umat Islam buruk  maka buruk pula amal ibadahnya.

       Akidah yang baik dan benar haruslah dimiliki oleh generasi muda Islam yang merupakan tongkat estapet penerus bangsa dan perjuangan umat Islam, sebagaimana yang di kehendaki oleh agama Islam. Akidah merupakan factor penentu eksistensi Islam dalam kancah perjuangan melawan pihak-pihak Misioneris Kristen yang ingin menghancurkan akidah umat Islam, khususnya generasi muda yang dijadikan sasaran empuk karena usia generasi muda merupakan usia labil dan rentan yang belum kokoh akidah dan keimanannya. Sehingga, mudah bagi mereka untuk mendangkalkan serta menyesatkan akidah seorang generasi muda.

       Dewasa ini fenomena pendangkalan akidah merupakan  masalah yang sangat krusial yang penting untuk dibahas serta ditanggulangi. Hal ini karena semakin maraknya aksi-aksi pendangkalan akidah oleh kaum misioneris atau orang-orang Kristen untuk merusak akidah umat Islam, khususnya pada generasi muda Islam.   Saat ini banyak hal-hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi mampu mendangkalkan akidah yang menjadi sebuah pertarungan sengit, baik pertarungan tradisi, masyarakat, alam dan teknologi serta peradaban modern, maupun terhadap diri sendiri (tuntunan hawa nafsu) seperti dalam menyampaikan rasa gembira dan salut kepada teman-teman yang berhasil atas prestasinya, tidak hanya sekedar berjabat tangan, adu pipi (cipika-cipiki), kecup bibir di depan umum mulai dibudayakan yang seyogyanya ini merupakan budaya barat yang telah melenceng dan mendangkalkan akidah yang Islami..

       Dalam mempertahankan akidah yang benar di zaman modern yang serba canggih, umat Islam khususnya generasi muda harus berhadapan dengan kekuatan materialisme, zionisme dan sekularisme yang berusaha mengrogoti akidah umat Islam, ibarat rayap yang hinggap pada sebuah pohon. Tujuan utama misioneris adalah seandainya umat Islam atau generasi mudanya tidak mampu mereka jadikan seorang kafir (murtad), setidaknya bagaimana umat Islam dan generasi mudanya tidak mengetahui apa-apa dan melenceng dari ajaran Islam, baik itu masalah yang kecil maupun besar. Jika tujuan para misioneris untuk mendangkalkan akidah tersebut telah berhasil seperti saat ini yang  mulai tampak, siapa pihak yang harus dipersalahkan dan diminta pertanggung jawaban?.

     Melihat fenomena inilah maka penulis akan mengupas pembahasan tentang pendangkalan akidah generasi muda yang akhirnya menimbulkan sebuah pertanyaan besar yakni siapa yang salah?. Dan dalam makalah ini penulis memfokuskan pada empat aspek pembahasan yaitu: ramalan seperti pencarian jodoh, rezeki dan bintang (zodiac), pendidikan yang hanya menjadikan orang pintar tetapi tidak menjadikan akidah seseorang baik, tontonan yang merusak akidah dan hal sepele seperti ucapan salam yang mulai hilang. Ke empat aspek pembahasan dalam tulisan ini diharapkan semoga menjadi sumbangan pemikiran dan pencerahan bagi umat Islam dan generasi muda dalam membangun akidah yang benar sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasul Allah dan Al-Qur’an  untuk menghadapi persoalan pendangkalan akidah kedepannya.

B. Hakikat Makna Akidah
          Akidah yang menjadi pembahasan pokok pada tulisan ini memiliki hakikat makna yang perlu diperjelas sebagai dasar dalam pembahasan. Akidah secara bahasa berasal dari kata al-'aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan akidah secara terminologi bermakna : sesuatu yang diyakini sesorang, diimaninya dan dibenarkan dengan hatinya baik hak ataupun batil. Kemudian makna akidah ditinjau dari pengertian syariat Islam adalah beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, para malaikat-Nya, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya beriman kepada hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun buruk. Selanjutnya, dari kata akidah ini dipinjamkan pula beberapa arti yang lain, seperti sumpah setia dan perjanjian. Dalam penggunaan sehari-hari atau secara istilah, khususnya dalam konteks agama, kata akidah lazim diartikan dengan“kepercayaan/keimanan/keyakinan”(1).

        Pengertian akidah tersebut di perkuat oleh Desy Anwar dalam kamus Bahasa Indonesia yang berarti kepercayaan atau keyakinan(2). Selanjutnya didukung dalam kitab Mu’jam Al-Fasafi oleh Jamil shaliba yang mengartikan akidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh(3). Dalam hubungan ini Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa akidah menurut pengertian yang sebenarnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta member pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari(4).

         Dari berbagai pendapat tentang pengertian akidah tersebut di atas bermakna bahwa betapa pentingnya akidah itu ada dalam diri setiap umat Islam karena merupakan hal pokok yang harus dimiliki seseorang jika ingin memeluk agama Islam. Karena jika akidah tidak sesuai antara praktek dan arti sebenarnya maka akan berakibat sangat fatal yang menyebabkan dangkalnya akidah. Sehingga, akidah harus mutlak kebenarannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Ikhlas ayat 1-4 :

Artinya: “Katakanlah: “Dialah Allah yang Maha Esa”.(1) Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala urusan(2).Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan(3). dan tidak ada seorang pun setara dengan-Nya.(4)
(Q.S. Al-Ikhlas : 1-4)

         Dr. ‘Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa sesungguhnnya Allah Yang Tunggal dan satu-satunya, yang tiada tandingan, tanpa pembantu, juga tanpa sekutu dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Ini menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa yang tidak membutuhkan siapapun, Dialah pemilik segalanya sebagai yang Maha Sempurna. Hal selaras dengan sifat-Nya yang harus diyakini dan di imani dengan akidah yang benar(5).

         Selanjutnya M.Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menyatakan bahwa kata Ahad yang di sebutkan dalam surah Al-Ikhlas mengandung arti keEsaan zat Allah yang tidak ada unsur-unsur dan bagian-bagian yang  menyatakan akan  zat Allah Yang Maha Esa yang wajib di imani dan diyakini dengan sepenuh hati tanpa keraguan sedikitpun dan tanpa mensekutukan-Nya(6).

        Kemudian dalam Ensiklopedia Al-Qur’an menyebutkan bahwa kata Ahad biasa diterjemahkan dengan “Esa”. Kata ini ditemukan dalam Al-Qur’an sebanyak 53 kali, akan tetapi hanya sekali yang digunakan sebagai sifat Allah. Ini mengandung isyarat tentang keesaan-Nya yang sedemikian murni, hingga sifat Ahad yang menunjuk kepada-Nya hanya sekali dalam Al-Qur’an, dan hanya ditujukan kepadaNya semata, yaitu pada Q.S Al-Ikhlas (112) ayat 1-4(7). Kata ahad tidak sama dengan kata wahid yang artinya satu, sehingga makna kata Esa tidak sama dengan makna kata satu. Satu adalah bilangan pertama dari bilangan asli matematika dan merupakan bilangan bulat yang dapat dibagi menjadi beberapa bilangan pecahan sampai tak terhingga. Adapun kata Esa sebagai terjemahan dari kata ahad bukanlah bilangan, sehingga tidak dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil(8).

      Berdasarkan ayat dan tafsir serta penjelasan di atas penulis menyatakan bahwa Akidah yang benar adalahnya akidah yang merujuk kepada kata Ahad  yang berarti mengesakan Allah SWT tanpa adanya campur aduk dengan yang lain yang dalam artian menyekutukan (menduakan) Allah dengan penuh keyakinan dalam hati tanpa adanya keraguan. Jika seorang umat Islam yang telah menyatakan dirinya menganut ajaran Islam haruslah menyatakan akan keesaan-Nya dengan mengucapkan kalimah syahadat yaitu Tiada Tuhan Selain Allah, dan Muhammad itu Utusan Allah. Kalimat ini bukan hanya sekedar  untuk memenuhi syarat belaka yang hanya sekedar di ucapkan habis perkara, namun kalimat ini mengandung makna yang sangat dalam yang inti dari kalimat syahadat tersebut yaitu akidah Islam yang sebenarnya yang akan terus dipakai oleh umat Islam dalam menjalankan segala aktivitas amal ibadahnnya.

C. Beberapa Bentuk Pendangkalan Akidah Generasi Muda
Ada beberapa hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi mampu mendangkalkan akidah umat. Islam hanya sekedar formalitas, tercatat pada lembaran sensus atau KTP saja. Jangan aktif melaksanakan keseluruhan perintah Allah, sedangkan sisi luar dari Islam itu sendiri tidak pernah dinampakkan dan banyak hal yang dianggap sudah biasa ternyata memiliki nilai pendangkalan akidah yang sangat kronis. Saat ini sudah banyak contoh akibat dari pendangkalan akidah yang tidak disadari dan segera untuk diatasi telah  menjadi momok bangsa, seperti terseretnya budaya yang tidak Islami, banyak manusia bahkan umat Islam sendiri yang tercetak menjadi  algojo, orang-orang bejat, koruptor dan manipulator. Seharusnya ini tidak akan terjadi jika umat Islam mau melaksanakan perintah Allah SWT dan ajaran Nabi. Beberapa contoh pendangkalan akidah pada umat Islam khususnya generasi muda, yaitu:

1. Percaya Terhadap Ramalan
         Ramalan merupakan suatu ilmu yang ada pada seseorang yang dipercaya bisa melihat masa depan orang lain tentang segala aspek kehidupan melalui media alam gaib. Orang yang bekerja meramal disebut sebagai peramal. Sedangkan di dalam Islam seorang peramal dinyatakan kafir karena ia telah mengklaim bahwa dirinya mengetahui sesuatu yang gaib yang sebenarnya hanya diketahui Allah SWT.

         Ramalan saat ini menjadi sebuah tren tersendiri yang sangat populer dan familiar bagi kalangan generasi muda dan tidak menutup kemungkinan juga bagi orang tua. Ramalan yang terupdate  sering diperlihatkan di berbagai media seperti di televisi, radio, majalah, tabloid, koran maupun buku khusus untuk menyuguhkan informasi  mengenai peruntungan, karir, asmara (jodoh), kesehatan ataupun keuangan (rezeki) dan bagi mereka yang akidahnnya tidak terpatri kuat dalam hati dan belum kokoh pastilah akan mempercayainya. Contohnya seperti iklan ketik REG RAMAL kirim ke 6677 yang ditayangkan oleh para peramal seperti Deddy Corbuzer atau Mama Laurent, maka berbondong-bondong para generasi muda mengirimkan SMS karena ingin mengetahui hasil dari ramalan tersebut, dan mereka terkesan sangat mempercayai hasilnya. Hal ini telah dianggap mereka hal yang baik dan menjadi suatu yang wajar dan lumrah.

        Demikian juga halnya dengan ramalan menggunakan zodiac yang menggunakan lambang-lambang tidak Islami. Sama halnya juga dengan keyakinan terhadap bintang, sehingga sebagian para pembaca surat kabar sengaja hanya untuk melihat keberuntungan hari ini “Bintang anda (Zodiak)”. Ia melihat tanggal lahir dan bintangnya, kemudian ia memperhatikan yang ditulis peramal untuknya tentang keberuntungannya hari tersebut, lalu ia terkesan mempercayainya.

       Sedangkan Rasulullah SAW mengatakan dalam sebuah hadistnya bahwa orang yang mendatangi dan mempercayai peramal tergolong kepada kafir, yang artinya, “Siapa yang mendatangi seorang dukun / peramal, lalu mempercayai apa yang ia katakan, maka dia telah kafir kepada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad saw” ( HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ).

       Percaya terhadap ramalan seperti yang dicontohkan di atas telah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Jika ini tidak segera di sadari oleh generasi muda, orang tua, masyarakat maupun pemimpin maka tidak tahu apa jadinya generasi muda Islam kedepannya. Oleh karena sangat diperlukan bagi generasi muda perhatian serta bimbingan dari orang tua, kepedulian dari masyarakat, serta tanggungjawab dari pemerintah. Jika dari segala aspek telah bisa bekerjasama dan peduli kepada generasi muda maka akan terciptalah generasi yang tangguh akan segala hal dan prilaku yang akan mendangkalkan akidahnya. Bahkan bisa menjadi penghalang terhadap pendangkalan akidah kedepannya bagi generasi selanjutnnya.

2. Peran Pendidikan
     Pendidikan nampaknya bukan lagi menjadikan manusia baik, penyantun kepada orangtua, pengabdi kepada khaliqnya, tetapi hanya sekedar berilmu dan pintar dengan harapan kelak menjadi orang kaya, berkedudukan dan beruang (punya duit). Ini merupakan salah satu bukti dari pendangkalan akidah yang berorientasi kepada paham materialisame yang sedang dikembang dan dikemas kaum misioneris Kristen untuk merusak akidah generasi muda. Namun, mengapa hal ini tidak disadari oleh generasi muda muslim yang seyogya akidahnya telah dikoyak-koyak dan akan hancur berantakan jika tidak segera dikemas ulang dan diperbaiki.

      Menjadikan generasi yang pintar itu mudah, suapi saja dengan berbagai ilmu. Tetapi untuk menjadikan generasi yang baik sangat sulit, dia harus dilatih dalam keluarga dengan dasar keimanan yang kuat, sehingga kehadirannya dalam keluarga menjadi ”Qurratu a’yunin” penyejuk mata dan penyenang hati. Bukan seperti musuh yang harus dipelototi serta dihardik dengan menampakkan kekasaran. Masyarakatpun merupakan tantangan yang harus dihadapi, karena mampu menyeret warganya ke lembah maksiat. Sebab saat ini kebanyakan nilai manusia dijunjung karena jabatan.

       Dikalangan pemerintahpun sepertinya sudah tidak ambil pusing akan hal yang menimpa generasi muda, bahkan sebagian dari mereka memiliki akidah yang sangat buruk yang seharusnya menjadi suri tauladan yang baik sebagai tokoh pemimpin yang tentunya menjadi panutan, tetapi dengan berprilaku merugikan rakyat seperti prilaku korupsi, kolusi dan nepotisme itu telah merusak nilai-nilai akidah bahkan menghilangkannya. Dengan prilaku sebagian para pemimpin yang demikian mengakibatkan sampai pada hari ini Indonesia masih menyandang sebagai Negara 4 besar terkorup didunia melalui survey yang dilakukan oleh Bribe Payer Index(BPI) 2011 Transparency International, yang dilakukan terhadap 28 negara yang secara kumulatif berperan signifikan terhadap perekonomian dunia dengan angka korupsi yang mencapai triliuna rupiah pertahun (9).

       Dunia pendidikan saat ini tidak lagi memilki kurikulum tentang penanaman nilai akidah pada generasi muda, sehingga bisa dilihat banyak generasi muda telah terjerumus kepada jurang kehancuran lembah hitam seperti kasus pemakai narkoba yang terlibat lebih dari 50% generasi muda dan dari hasil survey Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Mories Mere di Kepatihan Yogyakarta tanggal 2 Februari 2011, menyatakan:”Transaksi narkoba sejak tahun 2003-2010 meningkat tajam hingga 300%.(10). Kemudian pada kota metropolitan di negeri ini menurut survei Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat, Sugiri Syarif, pada saat memberikan mata kuliah umum di Unimed, Rabu 13 Mei 2011, menyatakan bahwa 51% remaja di Jakarta, 52% remaja di Medan dan 54% remaja di Surabaya, pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah(11).  nauzubilahi minzalik ini merupakan suatu pristiwa dekadensi akidah yang sudah pada tahap kronis menuju jurang kehancuran. Jika ini tidak segera diselamatkan maka ditakutkan akan mengundang musibah yang akan diterjunkan oleh Allah SWT kepada bangsa ini dan lebih ironis jika sampai di musnahkan habis seperti pristiwa pada zaman Nabi Nuh a.s (Q.S Nuh (71): 25) dan Nabi Luth a.s.

      Melihat fenomena di atas dapat dikatakan negeri ini sedang berada di tepi jurang kehancuran. Seperti yang digambarkan Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 103:
Artinya: “….Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya….”(Q.S Ali-Imran (3): 103).

     Dr. ‘Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh Dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa sesungguhnya Allah SWT akan memberikan keselamatan kepada umatnya dari tepi jurang kehancuran (neraka), jika umat manusia masih mau bertaubat dan memperbaiki keadaan diri dan masyrakat sekitar dengan cara memerintahkan hendaklah ada sebuah gerakan penyelamatan dari kehancuran itu(12).

        Berdasarkan ayat dan tafsir di atas penulis berpendapat bahwa Allah SWT saat ini masih memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk berbenah diri dari segala kehancuran akidah yang terjadi. Nyatanya saat ini musibah yang terus bergulir di negeri ini masih pada tahap bisa di tangani sedikit demi sedikit. Namun, jangan sampai terulang lagi musibah seperti tsunami di Aceh yang bisa dikatakan laknat dari Allah yang menelan sekitar 150.000 jiwa, cukuplah itu menjadi bahan pelajaran dan intropeksi bagi umat Islam khususnya bagi generasi muda.

Pendidikan yang merupakan salah satu factor terpenting dalam memberikan ilmu pengetahuan pada generasi saat ini telah menjadi pendidikan yang tidak relevan lagi karena tidak adanya penanaman nilai-nilai yang seharusnya menjadi tema pokok pada kurikulum pendidikan, agar selain menjadikan generasi yang pintar dan cerdas namun juga memiliki akidah yang benar. Sehingga, generasi muda itu akan menjadi generasi yang membawa negeri ini menjadi negeri yang “baldatun toyyibatun wa robbun ghofur” (negeri yang aman dan penuh rahmat). Serta dijauhkan Allah SWT dari segala macam bentuk musibah dan bencana.

3. Tontonan yang Merusak Akidah
Tontonan saat ini telah melenakan umat tentang nilai yang terkandung didalamnya. Bahkan menurut penulis hampir sekitar 70% tontonan saat ini sudah merusak nilai akidah umat. Karena pada tontonan saat seperti di televisi lebih banyak tontonan yang bersifat negatif daripada positifnya, seperti pada sinetron, iklan dan film yang mempertontonkan budaya kebarat-baratan dari segi sikap dan prilaku. Mulai dari cara berpakaian yang memperlihatan aurat diambang batas kewajaran yang Islami sudah menjadi hal yang biasa. Berpelukan dan berciuman pada sinetron dan film pada kalangan muda yang berpacaran menjadi suatu yang indah dan mengasikkan bagi pemandangan mereka yang tidak memiliki akidah yang kuat. Sehingga, pada selanjutnya akan menjadi bahan contoh yang dilakukan. Islam dan iman telah ditelanjangi oleh bau farfum, kerlap kerlip lampu dan hingar bingarnya musik di gedung megah yang penuh dengan acara kemaksiatan, kontes mode, kontes ratu kecantikan sampai lomba ratu sejagat sengaja diadakan untuk mengalihkan perhatian umum, terutama pemuda untuk meninggalkan agamanya, kemudian terjun ke gelanggang menyaksikan dari satu kontes ke kontes lainnya. Manusia telah asyik tenggelam bersama alkohol dengan aromanya sampai mereguk nikmatnya kulit-kulit mulus yang memang diperdagangkan.

Sangat lebih dahsyatnya lagi bagi generasi muda saat ini, yaitu sikap dan prilaku seperti mengagung-agungkan idolanya lebih dari ia mengagungkan Allah SWT, ini dapat dilihat pada saat mereka rela antri berjam-jam bahkan berhari-hari untuk mendapatkan tiket nonton bola atau konser artis ternama. Mereka juga rela merogoh sakunya dalam-dalam hanya untuk bertemu artis idolanya. Kemudian tatkala mereka melihat artis idolanya maka tidak sedikit dari mereka menjerit hiseris bahkan menangis karena perasaan bahagia yang menyelimuti hatinya. Tentunya hal ini tidak seimbang dengan kewajiban yang mereka lakukan sebagai seorang muslim. Ketika mereka di perintahkan Allah SWT untuk berzakat dan bersedekah mereka enggan untuk mengeluarkan, hal ini berbeda ketika mereka ingin membeli tiket konser. Kemudian ketika mereka diperintahkan shalat sebagai media untuk berkomunikasi dan bertemu dengan Sang Pencipta, sulit rasannya dijumpai mereka yang menjerit histeris atau bahkan menangis karena perasaan bahagia menghadap-Nya.

Kejadian seperti ini menunjukkan akan kedangkalan akidah umat yang jauh dari yang diharapkan Islam. Dari fenomena ini banyak pihak yang harus di persalahkan dan bertanggungjawab seperti kurangnya peran orang tua terhadap anaknya. Para orang tua sibuk seharian bekerja tanpa memperhatikan kondisi anak dengan alasan untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga yang tidak ada habisnya. Kemudian juga dari lingkungan masyarakat yang tidak ada rasa prihatin dan peduli akan kondisi yang seperti ini, yang sedang melanda generasi mereka seperti para pengusaha jasa perfilman dan sinetron yang tidak ambil peduli akan masalah dekandensi akidah yang terjadi dari apa yang telah dilakukannya, mereka hanya memikirkan bagaimana bisa meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Pihak pemerintah juga kurang perhatian akan hal ini seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menjadi tokoh agama yang dipercaya untuk memperhatikan akan kondisi umat Islam, namun nyatanya tidak berbuat apa-apa atas hal ini, apakah mereka tidak menyadari ini atau bahkan tidak mau peduli sama sekali. Demikian halnya seperti Komisi penyiaran Indonesia (KPI) yang memilki peran penting terhadap tontonan di media televisi yang seharusnya memiliki peraturan tayang, sehingga hal yang dapat mendangkalkan akidah di larang atau setidaknya diminimalisir dengan jam tayang setelah pada waktu anak-anak tidur. Namun, menurut  hemat penulis langsung saja dihapuskan siaran yang dapat merusak akidah.

4. Ucapan Salam yang mulai Hilang
Ada beberapa hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi mampu mendangkalkan akidah. Misalnya saja sisi kecil dari Islam, yaitu ucapan ”Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” dikalangan pemuda masjid atau organsasi pemuda Islam lainnya ucapan itu merupakan hal yang wajar dan memang harus dilestarikan. Namun, bagi komunitas umum ucapan salam seperti ini menjadi suatu yang aneh bila di ucapkan bahkan dikatakan kurang pergaulan (kuper). Mereka lebih bangga bila mengucapkan “selamat malam”. Salam dengan ”Selamat siang” dan “selamat malam” lebih dipopulerkan, bahkan dalam pertemuan yang tidak diselenggarakan di masjid, seperti ketika menyampaikan sambutan/pidato ucapan ini menjadi tabu, seolah-olah hanya layak dipakai di masjid dikala berkhutbah saja, sedangkan Islam itu luwes, dapat dipakai tanpa memperhatikan apakah ini siang, sore atau malam, di ujung pencakar langit atau di surau di ujung desa.

Padahal ucapan salam yang diajarkan oleh Islam merupakan salam yang mengandung makna dan doa bagi yang mengucapkan dan yang menjawabnya. Bahkan ada hukum yang terkandung didalamnya yaitu, sunah hukumnya bagi yang mengucapkan dan wajib hukumnya bagi yang menjawabnya. Dari ucapan salam yang diajarkan Islam ini sudah merupakan perbuatan amal ibadah, begitu indahnya Islam mengajarakan kepada umat, namun ini tidak disadari oleh umat islam itu sendiri khusunya generasi muda. yang lebih aneh dan lucu mereka malu kalau mengucapkan salam seperti itu dan lebih bangga jika mengucapkan selamat malam. Padahal seyogyanya salam seperti itu adalah ucapan umat non muslim. Hal kecil dan sepele seperti ini haruslah diperhatikan, karerna dapat mendangkalkan dan mengurangi kekuatan akidah umat dan ini harus ada kerjasama dari segala pihak, jika tidak maka sulit untuk mewujudkan akidah yang benar sesuai yang diajarkan Islam.

Dalam keluarga mungkin telah maksimal orangtua memerankan diri untuk menanamkan keyakinan (akidah) kepada anaknya, tetapi bisa kabur dan dangkal kembali bila lingkungan masyarakat dan pemerintah tidak menunjang ke arah itu. Semua pihak harus kompak dan bekerjasama untuk memberikan contoh dan memberikan solusi terhadap pristiwa yang saat ini sudah merusak dan mendangkalkan akidah. Umat Islam khususnya generasi muda harus bangga dengan ucapan salam yang telah diajarkan, dan harus mensosialisasikan kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini, bahwa sesungguhnya Islam merupakan agama yang paling benar dan ucapan salam yang diajarkan ada sebaik-baiknya ucapan salam. Jika ini bisa diterakan tentunya akan membuat Islam menjadi agama yang kuat dan Allah SWT akan memberikan rahmat serta lindungan-Nya kepada bangsa ini dengan menjadikan negeri ini negeri yang makmur dan bebas bencana serta musibah.

D. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan mendasar tentang pendangkalan akidah pada generasi muda yang terjadi saat ini, yaitu :
a. Sebagai generasi muda haruslah tahu tentang ajaran Islam dengan benar, terlebih kepada permasalahan pendangkalan akidah seperti yang dipaparkan di atas yang saat ini sudah mulai terlupakan dan menjadi hal biasa. Agar masalah pendangkalan akidah yang terjadi saat ini pada generasi muda bisa diatasi maka harus segera dicarikan solusi yang tepat, karena jika tidak segera maka pendangkalan akidah ini akan merambat kepada dekadensi moral yang menuju kemaksiatan. Hal ini sangat berbahaya, karena jika tidak ada pergerakan penyelamatan yang pada akhirnya akan mengundang murka Allah SWT dengan diturunkan berbagai bencana dan musibah, bahkan bisa saja dihancurkan-Nya seperti yang menimpa kaum Nabi Luth a.s. tentunya akan membuat negeri ini menjadi negeri yang hancur berantakan. Oleh karena itulah diperlukan pergerakan penyelamatan dengan secepat mungkin.

b. Banyak pihak yang bertanggungjawab atas pendangkalan akidah generasi muda, pertama orang tua. Orang tua sebagai suri tauladan dan panutan dalam sebuah lingkungan keluarga haruslah mampu menanamkan nilai-nilai akidah yang benar bagi anak mereka agar menjadi pondasi awal yang kokoh dari proyek-proyek pendangkalan akidah yang dipelopori oleh kaum misioneris Kristen. Kemudian juga perlunya dukungan yang baik dari masyarakat sebagai tempat lingkungan generasi muda berbaur dalam kehidupannya, dengan menjadi masyarakat yang madani dengan menjunjung tinggi nilai-nilai akidah Islam. Terakhir pemerintah sebagai “Ulil Amri” yang bertanggung jawab atas seluruh aspek kehidupan dalam wilayah kepemimpinannya, dengan kekuasaannya ia akan dipertanggungjawabkan kelak diakhirat atas apa yang ia perbuat untuk agamanya dalam membimbing generasi muda sebagai penerus tongkat estapet kepemimpinan.

2. Saran

  1. Kepada generasi muda harus segera kembali kepada akidah yang benar, dan menolak segal macam bentuk pendangkalan akidah dengan cara memperdalam ilmu agama dan meramaikan majelis taklim serta kajian-kajian Islam.
  2. Kepada orang tua dan mayarakat harus memperhatikan generasi muda dan mencegah dari segala macam bentuk pendangkalan akidah
  3. Pemerintah sebagai penanggungjawab utama harus mencegah segala macam bentuk program pendangkalan akidah dengan membuat aturan dan undang-undang terhadap segala aspek yang dapat mendangkalkan akidah generasi muda.


Endnote
  1. Dr. Suryan A. Jamrah. MA, Studi Ilmu Kalam, Pekanbaru: UIN SUSKA Riau dan LSFK2P, 2007. Hal 35
  2. Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: AMELIA, Tanpa Tahun.hal 23
  3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata. MA, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.hal 84
  4. Ibid.hal 85
  5. Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir ibnu Katsir, jilid 8, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.hal 111-112
  6. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an jilid9, Jakarta: Lentera Hati, 2009. hal 457-460
  7. M.Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jakarta: Tanpa Penerbit dan Tanpa Tahun. 2011.hal 60-67
  8. Kusnadi, Akidah Islam dalam Konteks Ilmiah Populer, Jakarta: Amzah, 2007.hal 2
  9. H. Syuhada Bakhri, Konsentrasi kami Mulai Keperbatasan, Jakarta: Majalah Tazakka, Edisi Januari 2011. Hal 8
  10. Ibid.Hal 8
  11. Ibid. hal 8
  12. Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir ibnu Katsir, jilid 2, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.hal 104-106


Daftar Pustaka

A. Jamrah  Suryan, Studi Ilmu Kalam, Pekanbaru: UIN SUSKA Riau dan LSFK2P, 2007
Anwar Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: AMELIA, Tanpa Tahun.
Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Alu Syaikh Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq, Tafsir ibnu Katsir, jilid 8, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.
Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an jilid 9, Jakarta: Lentera Hati, 2009.
Shihab M.Quraish, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jakarta: Tanpa Penerbit dan Tanpa Tahun. 2011.
Bakhri Syuhada, Konsentrasi kami Mulai Keperbatasan, Jakarta: Majalah Tazakka, Edisi Januari 2011.
Alu Syaikh Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq, Tafsir ibnu Katsir, jilid 2, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.
Kusnadi, Akidah Islam Dalam Konteks Ilmiah Populer, Jakarta: Amzah, 2007.
Al-Qahthani Syaikhmsaid Bin Ali Bin Wafh, Syarh Aqidah Wasyithiyah, Solo: At-Tibyan.Com, Tanpa Tahun
Jaiz Ahmad Hartono dkk, Sumber-Sumber Penghancur Akhlaq Islam, Jakarta: Pustaka Nahi Munkar, 2010.
Departemen Kementrian Agama, Al-Qur’anulkarim, Bandung: PT. Sygma Examsdia Arkanleema. Tanpa Tahun

DOWNLOAD TULISAN INI
KLIK LINK DIBAWAH