Showing posts with label Naf’in Nihayati. Show all posts
Showing posts with label Naf’in Nihayati. Show all posts
Oleh : Naf’in Nihayati*

      Akhir-akhir ini, masyarakat begitu akrab dengan yang namanya sampah. Hampir di sepanjang jalan sering didapati tumpukan sampah yang kian hari semakin menggunung yang menimbulkan bau yang tak sedap, dan sudah  menjadi pemandangan yang biasa bagi masyarakat pekanbaru. Potret kelam ini diakibatkan buruknya sistem pengelolaan sampah. Tidak dipungkiri kapasitas sampah yang kian banyak, menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya wabah penyakit demam berdarah yang menjatuhkan banyak korban di setiap tahunnya. Banjirpun tak luput mengancam masyarakat pekanbaru. 

      Walau bagaimanapun, semua persoalan ini bermuara karena adanya sampah. Banyak orang pada akhirnya menyalahkan sampah  atas terjadinya berbagai persoalan yang terjadi. Yang jelas, sampah dijadikan kambing hitam oleh manusia demi beberapa kepentingannya. kalaulah seandainya kita mampu intropeksi diri, apalah arti seonggokan sampah? toh iapun hanya sekumpulan benda mati yang kehadirannya pun banyak diundang oleh manusia itu sendiri. Terus siapa pulalah yang menjadikan sampah itu ada? tentunya manusia bukan???

       Manusia tetaplah manusia, ia diciptakan oleh  Allah sebagai khalifah dan wakil Tuhan dimuka bumi (Qs.al –baqarah :30 ) dan manusia sebagai pemimpin –pemimpin di bumi serta sebagai pemaknurnya (Qs. Al –an’am :165), akan tetapi, manusia selalu berbuat kerusakan, bahkan manusia berkehendak durhaka pada masa depan (Qs. Al –qiyamah: 5). Manusia dianologikan bagaikan cermin, yakni sebagai “diri” dimana dia sadar terhadap tindakan makhluk yang “sadar terhadap sesuatu”( Hunnex,2004:137). Namun, Parahnya lagi setelah terjadi berbagai bencana bertumpang tindih, ia lalu mencoba mencari–cari kesalahan pihak lain.

         Nah timbul pertanyaan, apakah bisa pekanbaru terbebaskan dari “overloaded”-nya sampah...??? Apa sekarang yang menjadi perenungan mendasar yang harus ditelitimulai dari sekarang...??? Marilah kita rubah persepsi ,pola pikir kita kearah yang jauh lebih baik. Oleh karena itu,pembahasan selanjutnya menguraikan tentang kesalahan konsep hidup manusia.

        Karena terjadinya zaman yang selalu berubah menjadikan sikap dan pola hidup yang berubah–ubah juga. Semakin terpenuhinya kebutuhan, yang membawa kemewahan, kesenangan yang bak menyilaukan pandangan mata. Yang lebih menghawatirkan lagi, malahan manusia terjebak pada rutinitas kesesatan yang membuatnya terjatuh dan hina.

       Padahal, Allah telah ciptakan makhluk yang diberi nama manusia sebagai makhluk yang sempurna dan makhluk terbaik di tengah–tengah makhluk Tuhan yang lainnya. Namun setiap waktu ,manusia itu dapat terjatuh dan terpuruk menjadi makhluk yang lebih rendah dari makhluk yang terendah ( Arifin,1976:13). Kecuali manusia itu beriman, yang diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal–amal baik yang dapat mngantarkannya kesenangan (surga Allah) (Qs. Yunus :9)

      Perlu menjadi perhatian penting,manusia mempunyai peranan yang teramat penting dalam pemeliharaan lingkungan. Sesudah Allah tundukkan segala komponen yang ada dalam ruang lingkupnya, tahap berikutnya mereka di tuntut untuk berinteraksi dengan baik sesuai dengan ketetapan yang sudah di gariskan Allah Swt.

     Manusia sebagai makhluk yang terikat kontrak kesatuan yang utuh dengan alam lingkungan yang di lengkapi ketrampilan, skill mengolah, menggali, memanfaatkan alam sebagai sumber daya, manusia tidak hanya di tuntut tanggung jawab teknik dan IPTEK saja, tapi juga bertanggung jawab penuh akan moral untuk menjaga kelestariannya. Sekarang sudahkah manusia menjalankan tugasnya dengan benar ???

      Pada perkembangan dan kemajuan IPTEK yang sedang dialami saat ini, seolah –olah penerapan serta pemanfaatannya itu memberikan kemungkinan terhadap kemampuan manusia memanfaatkan alam lingkungannya. Manusia sangat bergantung terhadap teknologi dan mengabaikan hukum alam sunnatullah yang mengatur keseimbangan ekosistem lingkungan.

     Nah disini manusia mempunyai peranan yang teramat penting dalam pemeliharaan lingkungan. Setelah Allah tundukkan berbagai macam unsur yang berada dalam ruanglingkupnya, maka pada tahap selanjutnya mereka dituntut untuk berinteraksi dengan baik sesuai dengan hukum–hukum yang telah digariskan Tuhan.
Semua itu kembali menjadi tanggungjawab manusia. Karena manusialah yang yang ditugaskan sebagai pemelihara (khalifah) lingkungan di muka bumi ini.  Peranan manusia ditujukan sebagai tujuan yang sangat mulia untuk kelestarian alam sekitarnya, atau dalam istilah imam Ar- Raghib Al –Asfahani (Qaradhawi, 2001:24), hal itu merupakan hikmah Allah kepada para mukallafin yang akhirnya dibagi menjadi tiga tujuan.

      Pertama, tujuan untuk mengabdi kepada Allah (QS. Adz–Dzariyat: 56). Ibadah ini meliputi segala sesuatu yang disenangi Allah dan diridhoi-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan dan bentuk ibadah itu mencakup semua aspe kkehidupan.

      Kedua, tujuan sebagai wakil Tuhan (Khalifah) di muka bumi (QS. Al –Baqarah: 30). Supaya praktik kekhalifahan ini terwujud, agar terciptanya keadilan dan tegaknya kebenaran serta menyiarkan kebaikan dan kemaslahatan. Ketiga, tujuan penciptaan manusia sebagai pembangunan peradaban. Manusialah yang akan menjadi pemakmurnya (QS. Hud: 61)

    Usaha membangun dan melestarikan bumi akan sempurna lewat cara menanam, membangun, memperbaiki, dan menghidupi, serta menghindarkan diri dari hal–hal yang merusak. Nantinya, tujuan–tujuan itu akan saling melengkapi dan menyempurnakan.

       Dengan demikian, untuk menjaga dan mempertahankan keseimbangan kelestarian alam, manusia wajib memperhatikan asas dan hukum yang menjadi kaidah alamiah. Memang pada konsep geografi dan ekologi, dikenal “man ecological dominant consept” yang berarti manusia-manusia merupakan factor dominan terhadap lingkungannya. Namun, hal itu tidak berarti manusia harus menjadi penguasa alam, melainkan ia masih tetap menjadi bagian alam yang tunduk kepada asas dan hukum alam. Untuk terwujudnya keseimbangan dan kelestarian ekosistem dalam memanfaatkan sumberdaya alam bagi kesejahteraan umat manusia.

     Diilhami satu semangat dari Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) tentang anjuran zero waste,yakni meminimalkan pemborosan hingga ke titik terendah menjadi kemanfaatan yang member kekuatan. Namun, tentu saja anjuran tersebut perlu segera didesak untuk direalisasikan. Terlebih,  PLH mengenalkan program “7R”, yakni reduse, reuse, recycle, recovery, replace, relocation, and responsible, (mengurangi, mengolahkembali, mendaurulang, penyembuhan, mengganti, merelokasi, dantanggungjawab). (lihatPikiran Rakyat edisi 10 Februari 2007)

      Karena itu, pola pengelolaan sampah yang bersahabat dengan lingkungan adalah hal yang tepat yakni dengan menggunakan konsep “7R” layak digunakan dan diterapkan, sebab kita mempunyai struktur formal–informal yang berusaha menginginkan lingkungan yang sehat. 

DAFTAR BACAAN
Al–Qur’an dan Terjemahan
Andre Gorz, 2003, Ekologi dan krisis Kapitalis, Yogjakarta, Insist press.
Anna Mariana, dkk, 2007, samudra Al–Qur’an, Bersama Al–Qur’an Menyelami Kehidupan, Bandung, Pemprov Jabar.
Nursid Suma atmadja, 2003, Manusia Dlam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup, Bandung, Alfabeta.
Sudradjat, 2007, Mengelola Sampah Kota, Jakarta, Swadaya.
Yusuf Al–Qardhawi, 2001, Islam Agama Ramah Lingkungan, Jakarta, Pustaka Al -Kautsar.
www.pikiranrakyat.co.id, edisi 10 Februari 2007.

* Penulis adalah Peserta M2IQ pada MTQ Kabupaten Bengkalis, Riau.

Simpan tulisan ini dalam format Word
Direct link :
link 1 : Nafin - PROBLEMMATIKA SAMPAH.doc
link 2 : Nafin - PROBLEMMATIKA SAMPAH.doc