Pendangkalan Akidah Generasi Muda; Siapa Yang Salah?

Pendangkalan Akidah Generasi Muda; Siapa Yang Salah?
Oleh : Alfuzanni*
*Penulis adalah Peserta M2IQ, binaan Pondok M2IQ Riau.

A. Pendahuluan
      Akidah merupakan pondasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap umat Islam untuk melaksanakan segala aktivitas ibadah. Bila akidah seorang umat Islam baik maka baik pula amal ibadahnya begitu juga sebaliknya, jika akidah seorang umat Islam buruk  maka buruk pula amal ibadahnya.

       Akidah yang baik dan benar haruslah dimiliki oleh generasi muda Islam yang merupakan tongkat estapet penerus bangsa dan perjuangan umat Islam, sebagaimana yang di kehendaki oleh agama Islam. Akidah merupakan factor penentu eksistensi Islam dalam kancah perjuangan melawan pihak-pihak Misioneris Kristen yang ingin menghancurkan akidah umat Islam, khususnya generasi muda yang dijadikan sasaran empuk karena usia generasi muda merupakan usia labil dan rentan yang belum kokoh akidah dan keimanannya. Sehingga, mudah bagi mereka untuk mendangkalkan serta menyesatkan akidah seorang generasi muda.

       Dewasa ini fenomena pendangkalan akidah merupakan  masalah yang sangat krusial yang penting untuk dibahas serta ditanggulangi. Hal ini karena semakin maraknya aksi-aksi pendangkalan akidah oleh kaum misioneris atau orang-orang Kristen untuk merusak akidah umat Islam, khususnya pada generasi muda Islam.   Saat ini banyak hal-hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi mampu mendangkalkan akidah yang menjadi sebuah pertarungan sengit, baik pertarungan tradisi, masyarakat, alam dan teknologi serta peradaban modern, maupun terhadap diri sendiri (tuntunan hawa nafsu) seperti dalam menyampaikan rasa gembira dan salut kepada teman-teman yang berhasil atas prestasinya, tidak hanya sekedar berjabat tangan, adu pipi (cipika-cipiki), kecup bibir di depan umum mulai dibudayakan yang seyogyanya ini merupakan budaya barat yang telah melenceng dan mendangkalkan akidah yang Islami..

       Dalam mempertahankan akidah yang benar di zaman modern yang serba canggih, umat Islam khususnya generasi muda harus berhadapan dengan kekuatan materialisme, zionisme dan sekularisme yang berusaha mengrogoti akidah umat Islam, ibarat rayap yang hinggap pada sebuah pohon. Tujuan utama misioneris adalah seandainya umat Islam atau generasi mudanya tidak mampu mereka jadikan seorang kafir (murtad), setidaknya bagaimana umat Islam dan generasi mudanya tidak mengetahui apa-apa dan melenceng dari ajaran Islam, baik itu masalah yang kecil maupun besar. Jika tujuan para misioneris untuk mendangkalkan akidah tersebut telah berhasil seperti saat ini yang  mulai tampak, siapa pihak yang harus dipersalahkan dan diminta pertanggung jawaban?.

     Melihat fenomena inilah maka penulis akan mengupas pembahasan tentang pendangkalan akidah generasi muda yang akhirnya menimbulkan sebuah pertanyaan besar yakni siapa yang salah?. Dan dalam makalah ini penulis memfokuskan pada empat aspek pembahasan yaitu: ramalan seperti pencarian jodoh, rezeki dan bintang (zodiac), pendidikan yang hanya menjadikan orang pintar tetapi tidak menjadikan akidah seseorang baik, tontonan yang merusak akidah dan hal sepele seperti ucapan salam yang mulai hilang. Ke empat aspek pembahasan dalam tulisan ini diharapkan semoga menjadi sumbangan pemikiran dan pencerahan bagi umat Islam dan generasi muda dalam membangun akidah yang benar sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasul Allah dan Al-Qur’an  untuk menghadapi persoalan pendangkalan akidah kedepannya.

B. Hakikat Makna Akidah
          Akidah yang menjadi pembahasan pokok pada tulisan ini memiliki hakikat makna yang perlu diperjelas sebagai dasar dalam pembahasan. Akidah secara bahasa berasal dari kata al-'aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan akidah secara terminologi bermakna : sesuatu yang diyakini sesorang, diimaninya dan dibenarkan dengan hatinya baik hak ataupun batil. Kemudian makna akidah ditinjau dari pengertian syariat Islam adalah beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, para malaikat-Nya, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya beriman kepada hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun buruk. Selanjutnya, dari kata akidah ini dipinjamkan pula beberapa arti yang lain, seperti sumpah setia dan perjanjian. Dalam penggunaan sehari-hari atau secara istilah, khususnya dalam konteks agama, kata akidah lazim diartikan dengan“kepercayaan/keimanan/keyakinan”(1).

        Pengertian akidah tersebut di perkuat oleh Desy Anwar dalam kamus Bahasa Indonesia yang berarti kepercayaan atau keyakinan(2). Selanjutnya didukung dalam kitab Mu’jam Al-Fasafi oleh Jamil shaliba yang mengartikan akidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh(3). Dalam hubungan ini Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa akidah menurut pengertian yang sebenarnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta member pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari(4).

         Dari berbagai pendapat tentang pengertian akidah tersebut di atas bermakna bahwa betapa pentingnya akidah itu ada dalam diri setiap umat Islam karena merupakan hal pokok yang harus dimiliki seseorang jika ingin memeluk agama Islam. Karena jika akidah tidak sesuai antara praktek dan arti sebenarnya maka akan berakibat sangat fatal yang menyebabkan dangkalnya akidah. Sehingga, akidah harus mutlak kebenarannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Ikhlas ayat 1-4 :

Artinya: “Katakanlah: “Dialah Allah yang Maha Esa”.(1) Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala urusan(2).Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan(3). dan tidak ada seorang pun setara dengan-Nya.(4)
(Q.S. Al-Ikhlas : 1-4)

         Dr. ‘Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa sesungguhnnya Allah Yang Tunggal dan satu-satunya, yang tiada tandingan, tanpa pembantu, juga tanpa sekutu dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Ini menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa yang tidak membutuhkan siapapun, Dialah pemilik segalanya sebagai yang Maha Sempurna. Hal selaras dengan sifat-Nya yang harus diyakini dan di imani dengan akidah yang benar(5).

         Selanjutnya M.Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menyatakan bahwa kata Ahad yang di sebutkan dalam surah Al-Ikhlas mengandung arti keEsaan zat Allah yang tidak ada unsur-unsur dan bagian-bagian yang  menyatakan akan  zat Allah Yang Maha Esa yang wajib di imani dan diyakini dengan sepenuh hati tanpa keraguan sedikitpun dan tanpa mensekutukan-Nya(6).

        Kemudian dalam Ensiklopedia Al-Qur’an menyebutkan bahwa kata Ahad biasa diterjemahkan dengan “Esa”. Kata ini ditemukan dalam Al-Qur’an sebanyak 53 kali, akan tetapi hanya sekali yang digunakan sebagai sifat Allah. Ini mengandung isyarat tentang keesaan-Nya yang sedemikian murni, hingga sifat Ahad yang menunjuk kepada-Nya hanya sekali dalam Al-Qur’an, dan hanya ditujukan kepadaNya semata, yaitu pada Q.S Al-Ikhlas (112) ayat 1-4(7). Kata ahad tidak sama dengan kata wahid yang artinya satu, sehingga makna kata Esa tidak sama dengan makna kata satu. Satu adalah bilangan pertama dari bilangan asli matematika dan merupakan bilangan bulat yang dapat dibagi menjadi beberapa bilangan pecahan sampai tak terhingga. Adapun kata Esa sebagai terjemahan dari kata ahad bukanlah bilangan, sehingga tidak dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil(8).

      Berdasarkan ayat dan tafsir serta penjelasan di atas penulis menyatakan bahwa Akidah yang benar adalahnya akidah yang merujuk kepada kata Ahad  yang berarti mengesakan Allah SWT tanpa adanya campur aduk dengan yang lain yang dalam artian menyekutukan (menduakan) Allah dengan penuh keyakinan dalam hati tanpa adanya keraguan. Jika seorang umat Islam yang telah menyatakan dirinya menganut ajaran Islam haruslah menyatakan akan keesaan-Nya dengan mengucapkan kalimah syahadat yaitu Tiada Tuhan Selain Allah, dan Muhammad itu Utusan Allah. Kalimat ini bukan hanya sekedar  untuk memenuhi syarat belaka yang hanya sekedar di ucapkan habis perkara, namun kalimat ini mengandung makna yang sangat dalam yang inti dari kalimat syahadat tersebut yaitu akidah Islam yang sebenarnya yang akan terus dipakai oleh umat Islam dalam menjalankan segala aktivitas amal ibadahnnya.

C. Beberapa Bentuk Pendangkalan Akidah Generasi Muda
Ada beberapa hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi mampu mendangkalkan akidah umat. Islam hanya sekedar formalitas, tercatat pada lembaran sensus atau KTP saja. Jangan aktif melaksanakan keseluruhan perintah Allah, sedangkan sisi luar dari Islam itu sendiri tidak pernah dinampakkan dan banyak hal yang dianggap sudah biasa ternyata memiliki nilai pendangkalan akidah yang sangat kronis. Saat ini sudah banyak contoh akibat dari pendangkalan akidah yang tidak disadari dan segera untuk diatasi telah  menjadi momok bangsa, seperti terseretnya budaya yang tidak Islami, banyak manusia bahkan umat Islam sendiri yang tercetak menjadi  algojo, orang-orang bejat, koruptor dan manipulator. Seharusnya ini tidak akan terjadi jika umat Islam mau melaksanakan perintah Allah SWT dan ajaran Nabi. Beberapa contoh pendangkalan akidah pada umat Islam khususnya generasi muda, yaitu:

1. Percaya Terhadap Ramalan
         Ramalan merupakan suatu ilmu yang ada pada seseorang yang dipercaya bisa melihat masa depan orang lain tentang segala aspek kehidupan melalui media alam gaib. Orang yang bekerja meramal disebut sebagai peramal. Sedangkan di dalam Islam seorang peramal dinyatakan kafir karena ia telah mengklaim bahwa dirinya mengetahui sesuatu yang gaib yang sebenarnya hanya diketahui Allah SWT.

         Ramalan saat ini menjadi sebuah tren tersendiri yang sangat populer dan familiar bagi kalangan generasi muda dan tidak menutup kemungkinan juga bagi orang tua. Ramalan yang terupdate  sering diperlihatkan di berbagai media seperti di televisi, radio, majalah, tabloid, koran maupun buku khusus untuk menyuguhkan informasi  mengenai peruntungan, karir, asmara (jodoh), kesehatan ataupun keuangan (rezeki) dan bagi mereka yang akidahnnya tidak terpatri kuat dalam hati dan belum kokoh pastilah akan mempercayainya. Contohnya seperti iklan ketik REG RAMAL kirim ke 6677 yang ditayangkan oleh para peramal seperti Deddy Corbuzer atau Mama Laurent, maka berbondong-bondong para generasi muda mengirimkan SMS karena ingin mengetahui hasil dari ramalan tersebut, dan mereka terkesan sangat mempercayai hasilnya. Hal ini telah dianggap mereka hal yang baik dan menjadi suatu yang wajar dan lumrah.

        Demikian juga halnya dengan ramalan menggunakan zodiac yang menggunakan lambang-lambang tidak Islami. Sama halnya juga dengan keyakinan terhadap bintang, sehingga sebagian para pembaca surat kabar sengaja hanya untuk melihat keberuntungan hari ini “Bintang anda (Zodiak)”. Ia melihat tanggal lahir dan bintangnya, kemudian ia memperhatikan yang ditulis peramal untuknya tentang keberuntungannya hari tersebut, lalu ia terkesan mempercayainya.

       Sedangkan Rasulullah SAW mengatakan dalam sebuah hadistnya bahwa orang yang mendatangi dan mempercayai peramal tergolong kepada kafir, yang artinya, “Siapa yang mendatangi seorang dukun / peramal, lalu mempercayai apa yang ia katakan, maka dia telah kafir kepada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad saw” ( HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ).

       Percaya terhadap ramalan seperti yang dicontohkan di atas telah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Jika ini tidak segera di sadari oleh generasi muda, orang tua, masyarakat maupun pemimpin maka tidak tahu apa jadinya generasi muda Islam kedepannya. Oleh karena sangat diperlukan bagi generasi muda perhatian serta bimbingan dari orang tua, kepedulian dari masyarakat, serta tanggungjawab dari pemerintah. Jika dari segala aspek telah bisa bekerjasama dan peduli kepada generasi muda maka akan terciptalah generasi yang tangguh akan segala hal dan prilaku yang akan mendangkalkan akidahnya. Bahkan bisa menjadi penghalang terhadap pendangkalan akidah kedepannya bagi generasi selanjutnnya.

2. Peran Pendidikan
     Pendidikan nampaknya bukan lagi menjadikan manusia baik, penyantun kepada orangtua, pengabdi kepada khaliqnya, tetapi hanya sekedar berilmu dan pintar dengan harapan kelak menjadi orang kaya, berkedudukan dan beruang (punya duit). Ini merupakan salah satu bukti dari pendangkalan akidah yang berorientasi kepada paham materialisame yang sedang dikembang dan dikemas kaum misioneris Kristen untuk merusak akidah generasi muda. Namun, mengapa hal ini tidak disadari oleh generasi muda muslim yang seyogya akidahnya telah dikoyak-koyak dan akan hancur berantakan jika tidak segera dikemas ulang dan diperbaiki.

      Menjadikan generasi yang pintar itu mudah, suapi saja dengan berbagai ilmu. Tetapi untuk menjadikan generasi yang baik sangat sulit, dia harus dilatih dalam keluarga dengan dasar keimanan yang kuat, sehingga kehadirannya dalam keluarga menjadi ”Qurratu a’yunin” penyejuk mata dan penyenang hati. Bukan seperti musuh yang harus dipelototi serta dihardik dengan menampakkan kekasaran. Masyarakatpun merupakan tantangan yang harus dihadapi, karena mampu menyeret warganya ke lembah maksiat. Sebab saat ini kebanyakan nilai manusia dijunjung karena jabatan.

       Dikalangan pemerintahpun sepertinya sudah tidak ambil pusing akan hal yang menimpa generasi muda, bahkan sebagian dari mereka memiliki akidah yang sangat buruk yang seharusnya menjadi suri tauladan yang baik sebagai tokoh pemimpin yang tentunya menjadi panutan, tetapi dengan berprilaku merugikan rakyat seperti prilaku korupsi, kolusi dan nepotisme itu telah merusak nilai-nilai akidah bahkan menghilangkannya. Dengan prilaku sebagian para pemimpin yang demikian mengakibatkan sampai pada hari ini Indonesia masih menyandang sebagai Negara 4 besar terkorup didunia melalui survey yang dilakukan oleh Bribe Payer Index(BPI) 2011 Transparency International, yang dilakukan terhadap 28 negara yang secara kumulatif berperan signifikan terhadap perekonomian dunia dengan angka korupsi yang mencapai triliuna rupiah pertahun (9).

       Dunia pendidikan saat ini tidak lagi memilki kurikulum tentang penanaman nilai akidah pada generasi muda, sehingga bisa dilihat banyak generasi muda telah terjerumus kepada jurang kehancuran lembah hitam seperti kasus pemakai narkoba yang terlibat lebih dari 50% generasi muda dan dari hasil survey Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Mories Mere di Kepatihan Yogyakarta tanggal 2 Februari 2011, menyatakan:”Transaksi narkoba sejak tahun 2003-2010 meningkat tajam hingga 300%.(10). Kemudian pada kota metropolitan di negeri ini menurut survei Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat, Sugiri Syarif, pada saat memberikan mata kuliah umum di Unimed, Rabu 13 Mei 2011, menyatakan bahwa 51% remaja di Jakarta, 52% remaja di Medan dan 54% remaja di Surabaya, pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah(11).  nauzubilahi minzalik ini merupakan suatu pristiwa dekadensi akidah yang sudah pada tahap kronis menuju jurang kehancuran. Jika ini tidak segera diselamatkan maka ditakutkan akan mengundang musibah yang akan diterjunkan oleh Allah SWT kepada bangsa ini dan lebih ironis jika sampai di musnahkan habis seperti pristiwa pada zaman Nabi Nuh a.s (Q.S Nuh (71): 25) dan Nabi Luth a.s.

      Melihat fenomena di atas dapat dikatakan negeri ini sedang berada di tepi jurang kehancuran. Seperti yang digambarkan Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 103:
Artinya: “….Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya….”(Q.S Ali-Imran (3): 103).

     Dr. ‘Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh Dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa sesungguhnya Allah SWT akan memberikan keselamatan kepada umatnya dari tepi jurang kehancuran (neraka), jika umat manusia masih mau bertaubat dan memperbaiki keadaan diri dan masyrakat sekitar dengan cara memerintahkan hendaklah ada sebuah gerakan penyelamatan dari kehancuran itu(12).

        Berdasarkan ayat dan tafsir di atas penulis berpendapat bahwa Allah SWT saat ini masih memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk berbenah diri dari segala kehancuran akidah yang terjadi. Nyatanya saat ini musibah yang terus bergulir di negeri ini masih pada tahap bisa di tangani sedikit demi sedikit. Namun, jangan sampai terulang lagi musibah seperti tsunami di Aceh yang bisa dikatakan laknat dari Allah yang menelan sekitar 150.000 jiwa, cukuplah itu menjadi bahan pelajaran dan intropeksi bagi umat Islam khususnya bagi generasi muda.

Pendidikan yang merupakan salah satu factor terpenting dalam memberikan ilmu pengetahuan pada generasi saat ini telah menjadi pendidikan yang tidak relevan lagi karena tidak adanya penanaman nilai-nilai yang seharusnya menjadi tema pokok pada kurikulum pendidikan, agar selain menjadikan generasi yang pintar dan cerdas namun juga memiliki akidah yang benar. Sehingga, generasi muda itu akan menjadi generasi yang membawa negeri ini menjadi negeri yang “baldatun toyyibatun wa robbun ghofur” (negeri yang aman dan penuh rahmat). Serta dijauhkan Allah SWT dari segala macam bentuk musibah dan bencana.

3. Tontonan yang Merusak Akidah
Tontonan saat ini telah melenakan umat tentang nilai yang terkandung didalamnya. Bahkan menurut penulis hampir sekitar 70% tontonan saat ini sudah merusak nilai akidah umat. Karena pada tontonan saat seperti di televisi lebih banyak tontonan yang bersifat negatif daripada positifnya, seperti pada sinetron, iklan dan film yang mempertontonkan budaya kebarat-baratan dari segi sikap dan prilaku. Mulai dari cara berpakaian yang memperlihatan aurat diambang batas kewajaran yang Islami sudah menjadi hal yang biasa. Berpelukan dan berciuman pada sinetron dan film pada kalangan muda yang berpacaran menjadi suatu yang indah dan mengasikkan bagi pemandangan mereka yang tidak memiliki akidah yang kuat. Sehingga, pada selanjutnya akan menjadi bahan contoh yang dilakukan. Islam dan iman telah ditelanjangi oleh bau farfum, kerlap kerlip lampu dan hingar bingarnya musik di gedung megah yang penuh dengan acara kemaksiatan, kontes mode, kontes ratu kecantikan sampai lomba ratu sejagat sengaja diadakan untuk mengalihkan perhatian umum, terutama pemuda untuk meninggalkan agamanya, kemudian terjun ke gelanggang menyaksikan dari satu kontes ke kontes lainnya. Manusia telah asyik tenggelam bersama alkohol dengan aromanya sampai mereguk nikmatnya kulit-kulit mulus yang memang diperdagangkan.

Sangat lebih dahsyatnya lagi bagi generasi muda saat ini, yaitu sikap dan prilaku seperti mengagung-agungkan idolanya lebih dari ia mengagungkan Allah SWT, ini dapat dilihat pada saat mereka rela antri berjam-jam bahkan berhari-hari untuk mendapatkan tiket nonton bola atau konser artis ternama. Mereka juga rela merogoh sakunya dalam-dalam hanya untuk bertemu artis idolanya. Kemudian tatkala mereka melihat artis idolanya maka tidak sedikit dari mereka menjerit hiseris bahkan menangis karena perasaan bahagia yang menyelimuti hatinya. Tentunya hal ini tidak seimbang dengan kewajiban yang mereka lakukan sebagai seorang muslim. Ketika mereka di perintahkan Allah SWT untuk berzakat dan bersedekah mereka enggan untuk mengeluarkan, hal ini berbeda ketika mereka ingin membeli tiket konser. Kemudian ketika mereka diperintahkan shalat sebagai media untuk berkomunikasi dan bertemu dengan Sang Pencipta, sulit rasannya dijumpai mereka yang menjerit histeris atau bahkan menangis karena perasaan bahagia menghadap-Nya.

Kejadian seperti ini menunjukkan akan kedangkalan akidah umat yang jauh dari yang diharapkan Islam. Dari fenomena ini banyak pihak yang harus di persalahkan dan bertanggungjawab seperti kurangnya peran orang tua terhadap anaknya. Para orang tua sibuk seharian bekerja tanpa memperhatikan kondisi anak dengan alasan untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga yang tidak ada habisnya. Kemudian juga dari lingkungan masyarakat yang tidak ada rasa prihatin dan peduli akan kondisi yang seperti ini, yang sedang melanda generasi mereka seperti para pengusaha jasa perfilman dan sinetron yang tidak ambil peduli akan masalah dekandensi akidah yang terjadi dari apa yang telah dilakukannya, mereka hanya memikirkan bagaimana bisa meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Pihak pemerintah juga kurang perhatian akan hal ini seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menjadi tokoh agama yang dipercaya untuk memperhatikan akan kondisi umat Islam, namun nyatanya tidak berbuat apa-apa atas hal ini, apakah mereka tidak menyadari ini atau bahkan tidak mau peduli sama sekali. Demikian halnya seperti Komisi penyiaran Indonesia (KPI) yang memilki peran penting terhadap tontonan di media televisi yang seharusnya memiliki peraturan tayang, sehingga hal yang dapat mendangkalkan akidah di larang atau setidaknya diminimalisir dengan jam tayang setelah pada waktu anak-anak tidur. Namun, menurut  hemat penulis langsung saja dihapuskan siaran yang dapat merusak akidah.

4. Ucapan Salam yang mulai Hilang
Ada beberapa hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi mampu mendangkalkan akidah. Misalnya saja sisi kecil dari Islam, yaitu ucapan ”Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” dikalangan pemuda masjid atau organsasi pemuda Islam lainnya ucapan itu merupakan hal yang wajar dan memang harus dilestarikan. Namun, bagi komunitas umum ucapan salam seperti ini menjadi suatu yang aneh bila di ucapkan bahkan dikatakan kurang pergaulan (kuper). Mereka lebih bangga bila mengucapkan “selamat malam”. Salam dengan ”Selamat siang” dan “selamat malam” lebih dipopulerkan, bahkan dalam pertemuan yang tidak diselenggarakan di masjid, seperti ketika menyampaikan sambutan/pidato ucapan ini menjadi tabu, seolah-olah hanya layak dipakai di masjid dikala berkhutbah saja, sedangkan Islam itu luwes, dapat dipakai tanpa memperhatikan apakah ini siang, sore atau malam, di ujung pencakar langit atau di surau di ujung desa.

Padahal ucapan salam yang diajarkan oleh Islam merupakan salam yang mengandung makna dan doa bagi yang mengucapkan dan yang menjawabnya. Bahkan ada hukum yang terkandung didalamnya yaitu, sunah hukumnya bagi yang mengucapkan dan wajib hukumnya bagi yang menjawabnya. Dari ucapan salam yang diajarkan Islam ini sudah merupakan perbuatan amal ibadah, begitu indahnya Islam mengajarakan kepada umat, namun ini tidak disadari oleh umat islam itu sendiri khusunya generasi muda. yang lebih aneh dan lucu mereka malu kalau mengucapkan salam seperti itu dan lebih bangga jika mengucapkan selamat malam. Padahal seyogyanya salam seperti itu adalah ucapan umat non muslim. Hal kecil dan sepele seperti ini haruslah diperhatikan, karerna dapat mendangkalkan dan mengurangi kekuatan akidah umat dan ini harus ada kerjasama dari segala pihak, jika tidak maka sulit untuk mewujudkan akidah yang benar sesuai yang diajarkan Islam.

Dalam keluarga mungkin telah maksimal orangtua memerankan diri untuk menanamkan keyakinan (akidah) kepada anaknya, tetapi bisa kabur dan dangkal kembali bila lingkungan masyarakat dan pemerintah tidak menunjang ke arah itu. Semua pihak harus kompak dan bekerjasama untuk memberikan contoh dan memberikan solusi terhadap pristiwa yang saat ini sudah merusak dan mendangkalkan akidah. Umat Islam khususnya generasi muda harus bangga dengan ucapan salam yang telah diajarkan, dan harus mensosialisasikan kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini, bahwa sesungguhnya Islam merupakan agama yang paling benar dan ucapan salam yang diajarkan ada sebaik-baiknya ucapan salam. Jika ini bisa diterakan tentunya akan membuat Islam menjadi agama yang kuat dan Allah SWT akan memberikan rahmat serta lindungan-Nya kepada bangsa ini dengan menjadikan negeri ini negeri yang makmur dan bebas bencana serta musibah.

D. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan mendasar tentang pendangkalan akidah pada generasi muda yang terjadi saat ini, yaitu :
a. Sebagai generasi muda haruslah tahu tentang ajaran Islam dengan benar, terlebih kepada permasalahan pendangkalan akidah seperti yang dipaparkan di atas yang saat ini sudah mulai terlupakan dan menjadi hal biasa. Agar masalah pendangkalan akidah yang terjadi saat ini pada generasi muda bisa diatasi maka harus segera dicarikan solusi yang tepat, karena jika tidak segera maka pendangkalan akidah ini akan merambat kepada dekadensi moral yang menuju kemaksiatan. Hal ini sangat berbahaya, karena jika tidak ada pergerakan penyelamatan yang pada akhirnya akan mengundang murka Allah SWT dengan diturunkan berbagai bencana dan musibah, bahkan bisa saja dihancurkan-Nya seperti yang menimpa kaum Nabi Luth a.s. tentunya akan membuat negeri ini menjadi negeri yang hancur berantakan. Oleh karena itulah diperlukan pergerakan penyelamatan dengan secepat mungkin.

b. Banyak pihak yang bertanggungjawab atas pendangkalan akidah generasi muda, pertama orang tua. Orang tua sebagai suri tauladan dan panutan dalam sebuah lingkungan keluarga haruslah mampu menanamkan nilai-nilai akidah yang benar bagi anak mereka agar menjadi pondasi awal yang kokoh dari proyek-proyek pendangkalan akidah yang dipelopori oleh kaum misioneris Kristen. Kemudian juga perlunya dukungan yang baik dari masyarakat sebagai tempat lingkungan generasi muda berbaur dalam kehidupannya, dengan menjadi masyarakat yang madani dengan menjunjung tinggi nilai-nilai akidah Islam. Terakhir pemerintah sebagai “Ulil Amri” yang bertanggung jawab atas seluruh aspek kehidupan dalam wilayah kepemimpinannya, dengan kekuasaannya ia akan dipertanggungjawabkan kelak diakhirat atas apa yang ia perbuat untuk agamanya dalam membimbing generasi muda sebagai penerus tongkat estapet kepemimpinan.

2. Saran

  1. Kepada generasi muda harus segera kembali kepada akidah yang benar, dan menolak segal macam bentuk pendangkalan akidah dengan cara memperdalam ilmu agama dan meramaikan majelis taklim serta kajian-kajian Islam.
  2. Kepada orang tua dan mayarakat harus memperhatikan generasi muda dan mencegah dari segala macam bentuk pendangkalan akidah
  3. Pemerintah sebagai penanggungjawab utama harus mencegah segala macam bentuk program pendangkalan akidah dengan membuat aturan dan undang-undang terhadap segala aspek yang dapat mendangkalkan akidah generasi muda.


Endnote
  1. Dr. Suryan A. Jamrah. MA, Studi Ilmu Kalam, Pekanbaru: UIN SUSKA Riau dan LSFK2P, 2007. Hal 35
  2. Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: AMELIA, Tanpa Tahun.hal 23
  3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata. MA, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.hal 84
  4. Ibid.hal 85
  5. Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir ibnu Katsir, jilid 8, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.hal 111-112
  6. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an jilid9, Jakarta: Lentera Hati, 2009. hal 457-460
  7. M.Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jakarta: Tanpa Penerbit dan Tanpa Tahun. 2011.hal 60-67
  8. Kusnadi, Akidah Islam dalam Konteks Ilmiah Populer, Jakarta: Amzah, 2007.hal 2
  9. H. Syuhada Bakhri, Konsentrasi kami Mulai Keperbatasan, Jakarta: Majalah Tazakka, Edisi Januari 2011. Hal 8
  10. Ibid.Hal 8
  11. Ibid. hal 8
  12. Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir ibnu Katsir, jilid 2, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.hal 104-106


Daftar Pustaka

A. Jamrah  Suryan, Studi Ilmu Kalam, Pekanbaru: UIN SUSKA Riau dan LSFK2P, 2007
Anwar Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: AMELIA, Tanpa Tahun.
Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Alu Syaikh Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq, Tafsir ibnu Katsir, jilid 8, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.
Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an jilid 9, Jakarta: Lentera Hati, 2009.
Shihab M.Quraish, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jakarta: Tanpa Penerbit dan Tanpa Tahun. 2011.
Bakhri Syuhada, Konsentrasi kami Mulai Keperbatasan, Jakarta: Majalah Tazakka, Edisi Januari 2011.
Alu Syaikh Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq, Tafsir ibnu Katsir, jilid 2, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.
Kusnadi, Akidah Islam Dalam Konteks Ilmiah Populer, Jakarta: Amzah, 2007.
Al-Qahthani Syaikhmsaid Bin Ali Bin Wafh, Syarh Aqidah Wasyithiyah, Solo: At-Tibyan.Com, Tanpa Tahun
Jaiz Ahmad Hartono dkk, Sumber-Sumber Penghancur Akhlaq Islam, Jakarta: Pustaka Nahi Munkar, 2010.
Departemen Kementrian Agama, Al-Qur’anulkarim, Bandung: PT. Sygma Examsdia Arkanleema. Tanpa Tahun

DOWNLOAD TULISAN INI
KLIK LINK DIBAWAH




1 komentar:

Jangan memojokkan agama lain dalam penulisan artikel. Seperti menguak kebodohan dengan mengumbar kebencian. Tak punya moral

May 23, 2019 at 12:33 AM comment-delete

Post a Comment