Menangis



Oleh : Susanto Al-Yamin*
*Susanto Al-Yamin adalah Muballigh Muda Asal Kubu Babussalam.                    Belum lama ini, saya menyaksikan training motivasi yang disampaikan oleh motivator nasional di salah satu pesantren di Pekanbaru. Sang motivator itu menyampaikan materi dengan gaya bahasa dan intonasi yang sangat menarik dan menggugah. Di sela-sela penyampaian materinya, beberapa kali terdengar gemuruh tawa dan tepuk tangan dari para peserta yang terdiri dari santri dan guru pesantren.

       Walaupun acaranya berlangsung sampai larut malam, nampaknya para peserta benar-benar menikmati acara tersebut. Di penghujung acara, sang motivator mengajak para peserta bermuhasabah.
Para peserta diajak untuk kembali melihat masa lalu, mulai masa kanak-kanak hingga dewasa. Dengan suara yang lembut dan serak-serak basah, sang motivator itu menyampaikan untaian kata yang indah dan ilustrasi yang sangat menyentuh. Sehingga beberapa menit kemudian, tanpa disuruh dan dipaksa, hampir seluruh peserta menangis, bahkan ada yang sampai terisak-isak.

         Ya, acara semacam ini cukup bagus dan bermanfaat terutama untuk membangkitkan motivasi dan menyentuh hati seseorang. Apalagi mampu membuat para pesertanya sampai menangis. Sehingga diharapkan para pesertannya sadar dan lebih berhati-hati dalam bertindak serta memiliki semangat baru untuk menjadi manusia yang lebih baik.

          Menangis, terutama menagis karena dosa masa silam, merupakan salah satu tanda hidupnya hati seseorang. Dalam Islam, menangis karena menyesali dosa masa silam merupakan perbuatan yang sangat disukai. Bahkan Allah Swt menyuruh kita untuk sedikit tertawa dan banyak menagis. Allah Swt berfirman, "Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan” (QS. At-Taubah : 82). Dalam ayat lain juga disebutkan, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu” (QS. Al-Isra’ : 109).

          Rasulullah Saw bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam bab Fadl al-Buka Min Khasyyatillah, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah Swt sampai susu (yang telah diperah) bisa masuk kembali ke tempat keluarnya” (HR. At-Tirmidzi No. 2311). Dalam hadits yang lain juga disebutkan, “Ada dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam (jihad) di jalan Allah". (HR. At-Tirmidzi No. 1639).

          Demikianlah keutamaan orang yang menagis karena menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan. Dan waktu terbaik untuk menangis menyesali dosa silam adalah ketika dalam kesendirian/kesunyian. Rasulullah Saw bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, diantaranya adalah seorang yang mengingat Allah di kala sendirian/kesunyian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis)” (HR. al-Bukhari No. 660).

          Menangis seperti inilah yang disukai oleh Allah Swt, dan telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw, para sahabat beliau serta orang-orang saleh. Menangis seperti inilah yang akan memberikan pengaruh positif dalam kehidupan sehari-hari dan mendapatkan ganjaran pahala serta menjadi perisai dari api neraka. Bukan menangis yang direkayasa dan dipaksakan, apalagi menagis di depan umum dengan tujuan supaya dilihat dan dipuji orang lain (riya). Karena tangisan yang terpaksa dan direkayasa hanya akan mengeluarkan air mata dusta dan kemunafikan. Wallahu A’lam.

0 komentar:

Post a Comment