Pakaian

Oleh : Susanto Al-Yamin
(Pimpinan “Pondok” M2IQ Riau)

    Suatu hari, saya pernah diundang untuk menyampaikan ceramah di salah satu acara. Panitia menginformasikan kepada saya, bahwa peserta yang hadir berasal dari berbagai Agama. Saya pun diminta untuk menyesuaikan materi ceramah. Saya mengangguk setuju. Bahkan tidak hanya itu, saya mencoba untuk menyesuaikan “pakaian" saya. Saya pun datang dengan mengenakan pakaian “biasa”, tanpa mengenakan peci dan sorban, sebagaimana pakaian yang lazim dipakai oleh seorang da’i. 


      Sesampainya di lokasi acara, saya melihat sejumlah panitia sibuk menghubungi panitia lainnya. Mereka menayakan, kenapa ustadznya belum datang? Padahal saya telah hadir di tengah-tengah mereka. Maklum, wajah saya kurang familiar, dan panitia yang mengundang/mengenal saya belum datang. Saya pun tersenyum. 

      Beberapa saat kemudian, salah seorang panitia yang mengenal saya pun datang dan menghapiri saya, kemudian  memberitahukan kepada panitia lainnya, bahwa sayalah penceramah yang sedang mereka tunggu. Mereka terlihat heran, karena biasanya para da’i begitu mudah dikenali melalui peci dan sorbannya.

     Di tempat yang lain, saya juga pernah menghadiri sebuah pengajian. Saya datang dengan mengenakan jubah panjang, peci, dan sorban yang serba putih. Sejumlah pengurus langsung menyambut saya dengan ramah, dan mempersilahkan saya duduk di barisan paling depan. Mereka menduga bahwa sayalah penceramahnya, padahal bukan.

     Ya, begitulah manusia. Manusia selalu melihat dan menilai seseorang melalui pakaian dan sesuatu yang tampak secara lahiriah. Pakaian selalu dijadikan sebagai penentu status sosial dan ukuran kemuliaan seseorang. Padahal, Rasulullah Saw pernah bersabda, bahwa Allah Swt tidak menilai tampilan fisik (pakaian) dan harta seseorang, melainkan hati dan amal ibadahnya.

     Islam memang memerintahkan umatnya untuk memakai pakaian yang indah, tapi tidak boleh berlebihan (QS. Al-A’raf/7: 31). Pakaian yang indah tidak selalu harus mahal dan berlebihan. Bahkan, ketika umat Islam menunaikan ibadah haji, mereka diwajibkan untuk mengenakan dua helai pakaian berwarna putih, sebagaimana yang akan membalut tubuh manusia ketika ia mengakhiri perjalanan hidup di dunia ini. 

     Pakaian hanyalah tampilan fisik yang mudah direkayasa dan diganti kapan saja. Oleh karena itu, kemuliaan dan status seseorang tidak dapat ditentukan dari pakaiannya. Wallahu A’lam.

0 komentar:

Post a Comment